Komnas Perempuan Kecam Intimidasi kepada Jurnalis Perempuan

  • Share
Kiriman kepala babi yang ditujukan ke Cica, jurnalis perempuan di Tempo.(Dokumentasi Tempo)

INIBORNEO.COM, Jakarta – Komnas Perempuan mengecam intimidasi kepada media dengan menggunakan jurnalis perempuan sebagai target proxy/antara. Sikap ini disampaikan Komnas Perempuan atas kasus pengiriman kepala babi kepada Francisca Christy Rosana (Cica), jurnalis perempuan di desk politik Tempo.

Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani menilai serangan ini menambah panjang daftar intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis, dan secara khususnya jurnalis perempuan. “Karena aktivisme dalam memastikan pemenuhan hak konstitusional warga atas informasi, yang sangat penting dalam memastikan kehidupan bernegara yang demokratis,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Ia menilai, perempuan sebagai target antara adalah strategi penaklukan yang menggunakan celah patriarkis pada posisi subordinat perempuan sebagai pihak yang dikonstruksikan masyarakat sebagai pihak yang “dilindungi”. Pada posisi sebagai target antara, tubuh dan seksualitas perempuan kerap menjadi ‘arena perang’ agar kelompok yang disasar menghentikan perlawanan. Strategi penaklukan ini menjadi pengalaman khas dari banyak perempuan pembela HAM (PPHAM), dimana jurnalis perempuan adalah juga bagian di dalamnya. 

Selain itu, penggunaan kepala babi di dalam intimidasi ini juga mengindikasikan unsur merendahkan martabat manusia, khususnya perempuan. Hal ini karena babi kerap disimbolkan sebagai hal yang menjijikkan atau rakus. Mengingat seringkali babi juga menjadi simbol pembeda kelompok dalam masyarakat, penggunaan kepala babi juga mengindikasikan proses melainkan perempuan jurnalis dalam profesinya, aktivismenya dan dalam kewargaannya.

“Perendahan martabat perempuan secara simbolis ini adalah hal yang penting untuk dihapuskan. Demikian pula upaya pecah-belah masyarakat dengan cara intimidasi yang menyasar pada identitas agama,” terangnya.

Pihaknya mengamati bahwa seringkali kasus kekerasan terhadap jurnalis, terutama jurnalis perempuan, tidak terungkap atau mengalami penundaan dalam proses keadilan. Untuk itu Komnas Perempuan melayangkan pernyataan sikap.

Pertama, mendesak Kepolisian untuk melakukan investigasi menyeluruh pada peristiwa intimidasi ini, memastikan pertanggungjawaban pelaku sebagai bagian untuk mencegah peristiwa serupa berulang. Kedua, mengapresiasi semua pihak yang memberikan dukungan kepada Cica, jurnalis perempuan yang menjadi sasaran intimidasi, sebagai wujud dukungan dan upaya pelindungan bagi PPHAM, 

Ketiga, mengajak semua elemen bangsa untuk menguatkan pondasi penghormatan pada kebhinekaan Indonesia dan terus mengawal proses demokrasi yang seharusnya nir-kekerasan dan memajukan hak-hak asasi manusia, utamanya yang telah dijamin di dalam Konstitusi.

Keempar, akan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang relevan, termasuk dengan Komnas HAM dan LPSK yang menjadi mitra pengembangan mekanisme respon cepat pelindungan Pembela HAM, dalam memastikan akses pada keadilan dan pemulihan Cica atas peristiwa intimidasi tersebut. (rilis)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *