INIBORNEO.COM, Pontianak – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero menyebutkan bahwa sejauh ini pekerja perempuan di perkebunan sawit juga mengambil peran dalam mendorong perkembangan industri sawit di tanah air, termasuk di Kalbar. Menurutnya tidak ada batasan gender untuk pekerjaan di perkebunan sawit, kendati pekerja laki-laki tampak mendominasi industri ini.
“Untuk bagian manajemen di pabrik, saya lihat banyak pekerja perempuan. Termasuk di kebun juga ada. Tetapi tentu untuk pekerjaan-pekerjaan yang memanfaatkan alat berat dilakukan oleh laki-laki,” ungkap Hero.
Biasanya, pekerja perempuan berperan dalam perawatan kebun, di antaranya menebas gulma, menyemprot pestisida, hingga memupuk.
“Ada juga yang membantu memanen, khususnya memungut brondolan-brondolan yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan memanen TBS dari pohonnya,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI, Sumarjono Saragih bahwa perusahaan sawit di Indonesia melakukan praktik ketenagakerjaan sesuai Undang Undang dan prinsip serta kriteria di dalam ISPO termasuk bagi pekerja perempuan.
“GAPKI memastikan industri sawit Indonesia sudah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan layak bagi para pekerjanya,” tutur dia.
Dikatakan dia, GAPKI telah bekerjasama dengan ILO (Organisasi PBB untuk urusan Pekerja) dan sejumlah LSM internasional untuk membangun sistem ketenagakerjaan yang layak di sektor yang menjadi andalan Indonesia ini. Menurutnya, perusahaan-perusahaan anggota GAPKI tunduk dengan semua peraturan sesuai UU Ketenagakerjaan. Bahkan, GAPKI menargetkan sampai akhir 2020 ini, semua anggota GAPKI telah bersertifikasi ISPO.
“Kalau sudah ISPO, kan sudah tidak ada lagi isu – isu terkait tenaga kerja. Karena kalau ada pelanggaran, tidak mungkin mendapatkan sertifikat SPQ,” katanya.