INIBORNEO, Pontianak – Hadirnya Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah yang saat ini sudah melakukan uji coba dipastikan akan mampu mendorong peningkatan kontribusi komoditas unggulan Kalbar yakni sawit bagi daerah.
“Selama ini semua yang dihasilakn di bumi khatulistiwa ini diekspor dari pelabuhan luar. Sehingga penerimaan bagi hasil pajak ekspor tidak ada. Nah, dengan hadirnya Pelabuhan Kijing ini tentu menjadi daya ungkit untuk penerimaan pajak terutama dari CPO Kalbar,” Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar, Heronimus Hero, saat kegiatan FGD yang digelar bertajuk ‘Memperkuat Sinergi Tata Kelola Sawit Berkelanjutan Dalam Mendukung Program Desa Mandiri’, Rabu (10/3).
Ia menjelaskan bahwa saat ini produksi CPO atau minya mentah kelapa sawit sudah mencapai 3,4 juta ton per tahun. Namun diekspor melalui pelabuhan luar maka pajak ekspor untuk daerah penghasil CPO tidak ada. Selama ini dari berbagai jenis pajak Kalbar hanya mendapat Rp200 miliar
“Namun, kalau CPO diekspor melalui Pelabuhan Kijing dengan asumsi 1 juta ton CPO saja dan setiap 1 ton kalau harga 650 dolar AS itu dapat 50 dolar AS untuk pajak maka ada Rp750 milar penerimaan dari pajak. Saya yakin di atas 1 juta ton yang diekspor nanti. Kalau 3 juta ton di ekspor maka ada Rp1,5 trilun didapat pajak ekspornya,” kata dia.
Ia kemudian membandingkan bahwa sirkulasi APBD di Kalbar sendiri saat ini hanya Rp6 triliuan per tahun. Sedangkan untuk CPO sendiri ada 30 triliun.”Potensi sangat besar tinggal dikelolah dan dimanfaatkan oleh pelaku usaha perkebunan sawit Pelabuhan Kijing tersebut. Sehingga kontribusinya semakin besar bagi masyarakat dan daerah,” kata dia.
Tidak kalah penting juga menurutnya bahwa hadirnya Pelabuhan Kijing memotong biaya logistik pelaku usaha. Hal itu selama ini harus keluar Kalbar di Indonesia baru ke negera tujan.”Pelindo II untung pelabuhan dioptimalisasikan dan begitu juga perusahaan biaya logistik dan lainnya jauh lebih efisien. Untuk itu kita mendorong perusahaan perkebunan sawit mengoptimalkan Pelabuhan Kijing untuk aktivitas ekspornya. Dengan begitu lebih besar lagi bagi daerah,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Drajat Sulistyo mengatakan bahwa untuk pembangunan konstruksi Pelabuhan Internasional Kijing, saat ini sudah mencapai 86 persen, pengadaan tanah 96 persen dan pembukaan lahan untuk kawasan seluas 200 hektare sudah 100 persen.
“Area Pelabuhan Kijing yang terintegrasi dengan kawasan industri itu 200 hektare. Kedalaman di dermaga 16 meter dan itu lebih dalam dari Pelabuhan Tanjung Periuk dan Belawan,” jelas dia.
Menurutnya, menarik di kawasan tersebut untuk area terminal 68,5 hektare dan untuk kawasan industri 131,5 hektare. “Artinya dengan luas lahan dan ada industri yang terintegrasi menjadi peluang besar untuk aktivitas bisnis atau ekonomi di Kalbar. Pelabuhan kita terbesar di Kalbar dan lokasi strategis ke negara ekspor. Ini kebanggaan kita dan harus dimaksimalkan agar keberadaan nya memberi manfaat luas bagi kemajuan ekonomi dan daerah,” kata dia.
Ia menyebutkan, Pelindo siap membangun kerjasama sehingga tantangan biaya logistik yang selama ini masih tinggi bisa teratasi.”Kemudahan dan kerjasama siap kita hadirkan serta bangun. Sehingga tantangan logistik untuk ekspor komoditas unggulan Kalbar semakin bisa di atasi dna produk bersaing,” katanya. (/r)