INIBORNEO.COM, Kubu Raya – Menjelang senja di halaman Kantor Link-AR Borneo, suasana khidmat menyelimuti peringatan Hari Jadi ke-13 organisasi lingkungan tersebut. Dihadiri sejumlah perwakilan organisasi masyarakat sipil dari Pontianak, acara ini dirangkai dengan halal bihalal dan silaturahmi antar pegiat advokasi di Kalimantan Barat.
Ketua Link-AR Borneo, Ahmad Syukri, dalam sambutannya menyampaikan bahwa momentum ulang tahun ini menjadi refleksi atas situasi krisis lingkungan dan sosial yang dihadapi masyarakat Kalimantan Barat akibat ekspansi industri ekstraktif. “Kalimantan Barat menjadi sasaran ekspansi industri di hampir semua sektor, dengan praktik yang membelakangi prinsip hak asasi manusia dan demokrasi,” ujarnya.
Syukri menegaskan bahwa deforestasi, degradasi lahan, konflik agraria, dan krisis lingkungan terus berlangsung tanpa kendali. “Melalui peringatan ini, kami mengajak semua pihak menyadari kondisi tersebut dan bersama-sama mengambil langkah untuk menghentikan praktik bisnis buruk, sekaligus memulihkan hak masyarakat atas sumber daya alam yang menjadi penopang kehidupan mereka,” katanya.
Acara ini turut dihadiri berbagai organisasi seperti SAMPAN Kalimantan, Ulin, LBH Pontianak, Bentang Kalimantan, Institut Dayakologi, AJI Pontianak, Gemawan, Mapala Cagar IKIP, AGRA, dan FMN. Masing-masing menyampaikan ucapan selamat dan harapan terhadap keberlanjutan gerakan yang diusung Link-AR Borneo.
Direktur Eksekutif LBH Pontianak, Abdul Aziz, menyampaikan harapannya agar Link-AR Borneo terus konsisten dalam advokasi terhadap masyarakat yang kehilangan hak agraria dan terdampak eksploitasi sumber daya. “Kami siap melanjutkan kolaborasi dalam kerja-kerja advokasi ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, Suardi, pemuda dari Masyarakat Adat Dayak Kualan, Desa Kualan Hilir, Ketapang, menyampaikan testimoni atas pendampingan yang dilakukan Link-AR Borneo di wilayahnya. Ia menyebut kehadiran organisasi ini telah memberi semangat perjuangan bagi masyarakat yang kehilangan tanah akibat operasi perusahaan PT Mayawana Persada. “Kami percaya Link-AR Borneo benar-benar berpihak pada masyarakat. Kami berharap organisasi ini tetap teguh mendampingi perjuangan kami,” katanya.
Menjelang waktu Maghrib, acara ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Ahmad Syukri sebagai simbol puncak peringatan hari jadi ke-13 Link-AR Borneo. Dalam pesan penutupnya, ia menyatakan tekad untuk menjadikan Link-AR Borneo sebagai pelopor jalan baru gerakan hak asasi manusia dan lingkungan di Kalimantan.
“Di hari jadi ke-13 ini, kami membawa semangat untuk menyatukan berbagai elemen—organisasi, komunitas, generasi lama dan baru—dalam satu gerakan bersama. Kami akan terus menebar kebaikan demi keadilan lingkungan dan kemanusiaan,” tutup Syukri.
Acara diakhiri dengan alunan musik sape’, alat musik tradisional Dayak, yang dimainkan oleh John Dhani. Para undangan menikmati hidangan yang disediakan sambil bersilaturahmi dalam suasana penuh kehangatan.