Aktivis Asia dan Delegasi Indonesia Serukan Keadilan Iklim di Brasil Menjelang COP30

  • Share
Mundano/Itamaraty Action
Aktivis iklim dari Asia dan masyarakat adat Brasil menggelar aksi damai di depan Kementerian Luar Negeri, Brasília, Brasil, Selasa (15/4/2025). Aksi ini menuntut keadilan iklim dan transisi energi yang adil menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan digelar di negara tersebut.

INIBORNEO.COM, Pontianak – Aktivis iklim dari berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia, bergabung dengan masyarakat adat Brasil dalam aksi damai yang menuntut keadilan iklim menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) yang akan digelar di Brasil pada 2025.

Aksi tersebut berlangsung di depan Kementerian Luar Negeri Brasil (Itamaraty), Selasa (15/4). Para peserta membawa panel surya serta spanduk raksasa sepanjang 9 meter yang dibuat dari abu kebakaran hutan Amazon. Spanduk karya seniman Brasil Mundano itu bertuliskan: “Brasil, pimpin transisi energi yang adil di COP30.”

Mundano/Itamaraty Action

Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Renew Our Power, yang mempertemukan lebih dari 200 aktivis dari 70 negara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh organisasi 350.org untuk mendorong pengembangan energi terbarukan berbasis komunitas serta memperkuat solidaritas lintas negara menjelang COP30.

Salah satu momen penting dalam kegiatan tersebut adalah penyerahan surat kepada presidensi COP30, yang ditandatangani lebih dari 180 organisasi dan ribuan individu dari 98 negara. Surat itu menuntut diakhirinya penggunaan bahan bakar fosil, perlunya transisi energi yang adil, dan pengakuan terhadap kepemimpinan masyarakat adat dalam agenda iklim global.

Delegasi Indonesia Bawa Kisah Sukses Energi Komunitas

Dalam kunjungan ini, delegasi Indonesia membagikan pengalaman dari proyek energi terbarukan berbasis komunitas, sekaligus menyerukan komitmen iklim yang lebih ambisius dari negara-negara G20, termasuk Indonesia sendiri.

Suriadi Darmoko, Field Organizer 350.org Indonesia, menyoroti potensi energi terbarukan yang sangat besar di Indonesia, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Ia juga menegaskan bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang belum mendapatkan akses listrik yang layak.

“Kita membutuhkan COP30 untuk memastikan transisi ke energi terbarukan yang cepat, terdanai penuh, dan adil–dengan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global pada 2030, mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil dan praktik eksploitatif, serta melindungi masyarakat melalui pendekatan berbasis hak dan inklusif,” ujar Darmoko.

Saat ini, energi terbarukan hanya menyumbang 14,1 persen dari bauran energi Indonesia. Darmoko mendorong agar komitmen G20 untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan tercermin dalam NDC (Nationally Determined Contribution) terbaru yang direncanakan akan diserahkan sebelum COP30.

Salah satu kisah inspiratif datang dari SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu, yang berhasil mengumpulkan dana publik sebesar Rp80 juta untuk memasang panel surya yang kini menyuplai listrik laboratorium komputer dan sistem keamanan sekolah.

“Model ini dapat direplikasi di lebih dari 1.400 sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia,” ujar Sutanpri, perwakilan sekolah tersebut. “Kami sedang menuju masa depan di mana seluruh proses belajar mengandalkan energi terbarukan.”

Duta Besar Yusup, yang turut hadir dalam acara tersebut, menekankan pentingnya akses listrik dalam pembangunan ekonomi. Ia mendorong generasi muda Indonesia untuk terus mengembangkan inisiatif energi terbarukan, dan menyarankan adanya pertukaran pembelajaran antara Indonesia dan Brasil dalam pengembangan energi bersih.

Seruan Jelang COP30

Menjelang COP30, 350.org Indonesia menyerukan agar Indonesia:

  • Menetapkan target penurunan emisi tahun 2035 yang ambisius dan memperkuat target 2030 agar sejalan dengan target net zero tahun 2060 atau lebih cepat;
  • Menyelaraskan NDC terbaru dan rencana JETP (Just Energy Transition Partnership) untuk mendukung pelipatgandaan kapasitas energi terbarukan dan penghapusan energi fosil secara adil;
  • Menjamin keterlibatan masyarakat adat dan komunitas lokal sebagai aktor utama dalam pengambilan keputusan iklim.

“Sebagai pemimpin kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi teladan. Kami berharap Indonesia dapat merespons secara positif seruan Presiden Brasil Lula untuk aksi iklim ambisius, terutama di negara-negara BRICS,” kata Darmoko.

Renew Our Power menjadi wadah solidaritas global dalam memperjuangkan transisi energi yang adil, dipimpin oleh komunitas. Forum ini menjadi tonggak penting menjelang COP30, dengan harapan agenda iklim dunia benar-benar mencerminkan kebutuhan dan hak masyarakat yang paling terdampak krisis iklim.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *