INIBORNEO.COM, Pontianak – Program residensi seni Baku Konek menjadi platform bagi dua kolektif seni dari daerah yang berbeda, namun dengan keragaman bentuk dan metode kerja yang saling terkait. Kolektif Gulung Tukar dan Susur Galur berfokus pada semangat kolektivitas dengan merefleksikan kembali kehidupan dan narasi tersembunyi di balik peristiwa kebudayaan melalui Sungai Kapuas.
Riset lapangan ini akan diwujudkan melalui dua kegiatan utama: sebuah diskusi berjudul “Teman Nongkrong Khatulistiwa” dan Openlab: “Mengairi Sekitar, Memaknai Sekumpulan”. Openlab adalah laboratorium terbuka untuk publik yang dirancang untuk bertukar dan merespons ide serta melihat proses kreatif seniman residensi selama tinggal di Pontianak. Kedua acara ini dijadwalkan berlangsung pada 15-18 September 2024.
Dalam residensi Baku Konek, Susur Galur mengelola kegiatan di Pontianak, sementara Gulung Tukar diwakili oleh Agustin dan Riduwan sebagai seniman. Selama lima minggu, mereka meneliti Sungai Kapuas, memfokuskan pada empat lokasi penting di pesisirnya—Kampung Kamboja, Kampung Dalam Bugis, Kampung Banjar Serasan, dan Kampung Kuantan Laut—untuk mengidentifikasi isu ekonomi, sosial, budaya, dan sejarah di tiap wilayah. Lokasi ini juga mencerminkan keberagaman Kalimantan Barat.
Kegiatan ini akan Bekerja sama dengan ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, kedua kolektif ini menggelar serangkaian kegiatan dalam rangka memahami, mengapresiasi, dan menggali nilai-nilai budaya yang ada di sepanjang sungai terpanjang di Indonesia tersebut.
Residensi Baku Konek menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi agen perubahan sosial dan budaya. Dengan terlibat dalam kehidupan masyarakat dan merespons narasi lokal, kedua kolektif ini berusaha menciptakan wacana artistik yang berkesinambungan, menghidupkan kembali nilai-nilai yang mungkin terlupakan, dan memperkuat solidaritas antar komunitas seni budaya.