PONTIANAK – Meski ini menjadi kabar baik setelah hampir dua pekan tidak turun, namun kehadiran hujan pertama perlu dihindari oleh masyarakat. Sebabnya, kandungan air di hujan pertama tidak baik bagi kesehatan.
“Pembentukan awan yang saat ini terpantau di langit Kalimantan Barat (Kalbar) berpotensi menyebabkan hujan. Namun masyrakat perlu indari hujan yang pertama turun setelah fase kering atau jeda hujan,” ungkap Wandayantolis selaku Kepala UPT BMKG Wilayah Kalimantan Barat, Sabtu (21/7).
Jeda hujan atau Hari Tanpa Hujan (HTH) telah berlangsung 10-15 hari di Kalbar. Saat ini kata dia, mulai ada pembentukan awan yang berpotensi menyebabkan hujan meski masih kecil atau tipis.
Potensi turunnya hujan ini pun menurutnya perlu menjadi perhatian masyarakat untuk dihindari. Hal itu terjadi karena jeda hujan yang terjadi itu menyebabkan meningkatnya partikel padat ke atmosfer baik dari hasil debu atau polusi maupun karena asap karthutla.
“Partikel yang lebih kecil akan ikut menjadi inti kondensasi pembentukan awan dan partikel lainnya akan mengambang di atmosfer,” paparnya.
Pada saat hujan terjadi, maka kandungan polutan di air hujan yang cukup tinggi. Di samping itu, menurutnya hujan yang turun akan menyapu partikel debu polutan yang ada di atmosfer sehingga air hujan yang sampai di permukaan bumi menjadi lebih kotor.
“Masuknya polutan juga menyebabkan PH air hujan menjadi rendah yang menyebabkan air hujan menjadi bersifat asam,” katanya.
Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar sebaiknya menghindari kontak langsung dengan hujan yang akan pertama turun setelah fase kering ini. Dia juga berharap agar tidak mengkonsumsi air hujan tersebut.