ICRAF Bentuk Kesepahaman Terkait Model Bisnis Mengelola Lahan Gambut

  • Share
lokakarya ICRAF terkait kesepahaman model bisnis di lahan gambut

INIBORNEO.COM, Pontianak – World Agroforestry (ICRAF) adakan lokakarya bertema “Pengembangan Peta Jalan untuk Implementasi Model Bisnis dengan Menggunakan Kerangka Outcome Mapping: Menuju Penyusunan Kesepakatan Peningkatan Penghidupan Berwawasan Lingkungan (KP2BL)” pada Selasa (31/01) dan Kamis (02/02), di Gardenia Resort.

Kegiatan ini merupakan wujud dukungan pengelolaan gambut berkelanjutan dengan memperkuat kapasitas teknis dan kelembagaan serta penyelarasan peran antara sektor publik dan swasta.

“Harapannya dengan dipertemukan oleh sektor-sektor swasta dan adanya penandatanganan kesepakatan ini, kedepannya kegiatan yang kita lakukan ini akan lebih terintegrasi,” kata Subekti Rahayu, Koordinator Paket Kerja 3 Peat-IMPACTS -Peningkatan Penghidupan Masyarakat.

Program-program yang dirumuskan antara lain untuk meningkatkan pemahaman tentang kebakaran gambut dan resiko emisi, memperkuat kapasitas pengelolaan lahan gambut, mengembangan kapasitas petani kecil, merumuskan opsi restorasi lahan gambut dan bertukar pembelajaran dampak restorasi lahan gambut di tingkat nasional.

Demi mencapai tujuan tersebut, ICRAF merancang 6 Paket Kerja, salah satunya yaitu Paket Kerja 3 yang memfokuskan pada upaya penguatan kapasitas petani untuk meningkatkan penghidupan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Upaya ini dapat dicapai dengan kolaborasi para pihak melalui pembentukan Tim Kerja Bersama dan selanjutnya membangun kesepakatan dalam Tim Kerja Bersama.

Pembentukan Tim Kerja Bersama dan kesepakatannya untuk mewujudkan penghidupan masyarakat secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dilakukan mulai dari tingkat desa sampai kabupaten untuk menjalankan intervensi di enam desa pilot, yaitu Desa Permata, Radak Dua, Sungai Asam, Kubu, Bengkarek, dan Pasak di Kabupaten Kubu Raya.

“Setelah penandatangan ini, mungkin akan ada program yang bukan hanya di 6 desa, tapi semua desa yang ada di kabupaten Kubu Raya tentunya karena bumdes semua bumdes yang ada di desa itu inginnya kita semua bisa menggali potensi-potensi yang ada di desa,” tutur Sarinah, Kepala Bidang Kelembagaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kerjasama Desa.

Ia menambahkan bahwa program ini merupakan pintu untuk membuka jalan agar semua kegiatan pertanian maupun perikanan yang ada di desa bisa lebih digalak-kan.

Intervensi yang akan diuji-cobakan di keenam desa pilot adalah model bisnis Pengelolaan Hutan Desa melalui Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu di desa Permata.

Lalu Pengembangan Agro-Silvo-Fishery dan Tumpangsari Kayu-Palawija-Pakan Ternak di desa Radak Dua, Perbaikan Pengelolaan Agroforestry Nanas dan Pohon Buah-buahan di desa Sungai Asam.

Kemudian Pengembangan HHBK melalui Perbaikan Tata Kelola dan Kebijakan Tingkat Desa di desa Kubu serta Perbaikan Pengelolaan Agroforestry Karet di desa Bengkarek dan Pasak.

Christianus, Ketua Tim Kerja Desa, Desa Bengkarek menyatakan bahwa tujuan utama mengikuti program ini adala untuk pengingkatan ekonomi masyarakat di lahan gambut.

“Karena mayoritas di lahan gambut itu hanya berkebun cabe, jahe, jagung, dan kebanyakan lebih dominan bekerja di perusahaan, maka program ini akan memberikan pelatihan cara-cara pengelolaan dan pembinaan kepada kelompok tani,” tuturnya.

Selain itu, Christianus juga menuturkan bahwa pemerintah daerah turut membantu seperti dinas perkebunan yang akan menyediakan bibit.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *