INIBORNEO.COM, Kubu Raya – Sistem pendidikan yang inklusif dan ramah bagi semua anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) harus menjadi komitmen semua pihak. Salah satu sekolah percontohan yang kini mencuri perhatian adalah Blesskid School, lembaga pendidikan inklusif yang menyediakan layanan pendidikan dari jenjang KB, TK, SD, hingga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Pentas seni yang digelar Blesskid School, Rabu (11/6/2025), bukan sekadar ajang pertunjukan, tetapi sebuah perayaan akan keberagaman, keberanian, dan kemanusiaan. Anak-anak ABK tampil percaya diri di atas panggung, menari, menyanyi, hingga memainkan drama dengan kostum yang beragam. Di hadapan para orang tua, guru, dan pejabat pendidikan, mereka membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berekspresi dan berprestasi.
“Ajang ini bukan sekadar pentas seni, tapi perayaan atas keberagaman, keberanian, dan keistimewaan anak-anak kami,” ujar Heni Lusiana, penyelia Blesskid School.
“Kami ingin menciptakan ruang berekspresi yang adil bagi anak-anak ini, agar mereka bisa tumbuh secara emosional, psikologis, intelektual, dan spiritual,.” ungkapnya.
Blesskid School kini menjadi salah satu sekolah inklusif unggulan di Kubu Raya. Lembaga ini memiliki jenjang lengkap, dari Kelompok Bermain (KB), TK, SD, hingga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Programnya menyasar anak-anak yang tidak hanya mengikuti pendidikan formal, tetapi juga mereka yang membutuhkan pendekatan non-formal.
“Pendidikan itu hak semua anak. Bahkan anak-anak ABK yang tidak bisa mengikuti jalur formal tetap kita fasilitasi lewat PKBM,” ungkap Suhaeri, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kubu Raya, yang hadir mewakili Bunda PAUD Kubu Raya.
“PKBM memiliki kedudukan yang sama dengan sekolah formal. Ini salah satu cara kita memperkecil kesenjangan pendidikan,” jelasnya.
Ia menegaskan, pendidikan inklusif bukan hanya slogan. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya sudah mulai menyosialisasikan regulasi-regulasi yang mendukung kesetaraan tersebut, termasuk pelarangan tes calistung sebagai syarat masuk SD. “Khususnya di Kubu Raya, kalau ada sekolah yang masih menerapkan tes calistung, silakan laporkan,” tegasnya.
Ketua Forum PKBM Kubu Raya, Miftahul Huda, menyebut pendidikan kesetaraan kini mulai dipandang sebagai alternatif utama, bukan sekadar pelengkap.
“PKBM sekarang sudah menjadi pilihan. Ijazahnya setara dengan sekolah formal. Maka tidak perlu ada kekhawatiran dari orang tua,” jelasnya.
“Apa yang dilakukan Blesskid School dalam mengembangkan minat, meningkatkan percaya diri anak-anak, ini sangat luar biasa dan patut kita dukung penuh,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Etty Darmila, Pengawas KB dan PKBM Kubu Raya. Ia mengungkapkan kekagumannya atas perkembangan Blesskid School. “Anak-anak ini sudah sangat mandiri, kreatif, bahkan memiliki keterampilan seperti memasak dan membuat kerajinan. Mereka mampu tampil setara dengan anak lainnya. Ini belum ada di tempat lain di Kalbar,” ungkapnya dengan kekaguman.
Tak kalah penting adalah dukungan dari orang tua yang tergabung dalam Parent Support Group (PSG). Ketua PSG Kalbar, Agustina Sriwahyuningsih, yang juga Ketua Perempuan PGRI Kalbar, mengungkapkan pentingnya ketahanan mental bagi orang tua dengan anak ABK.
“Saya sendiri orang tua anak ABK. Jadi saya tahu betapa pentingnya untuk tidak panik. Fokus pada apa yang anak bisa, bukan pada kekurangannya,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kunci dari keberhasilan pendidikan inklusif ada pada guru-guru yang tulus dan sabar dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak. Serta tentunya dukungan penuh dari orang tua yang percaya bahwa anak-anak mampu setara dengan anak-anak lain.
Pentas seni ditutup oleh sambutan penuh haru dari Ketua Yayasan Lentera Kasih, Aloysius Hanung Rumekso, yang menaungi Blesskid School. Ia mengenang perjuangan sejak awal berdirinya sekolah yang hanya berawal dari 12 anak.
“Melihat mereka tampil hari ini, saya tidak bisa menahan rasa bangga. Ini bukan hanya soal pertunjukan, tapi soal perjuangan, cinta, dan kerja sama antara guru dan orang tua,” ucapnya.