Sebut Lantai Dua Pasar Tempat Hantu Beranak

  • Share
Kondisi lantai dua Pasar Junjung Buih Sintang. Sejak satu tahun lantai dua pasar ini tidak dimanfaatkan oleh pedagang untuk berjualan

Pasar Junjung Buih dan Pasar Raya Sintang merupakan pasar yang terletak di pusat Kota Sintang. Letaknya tak jauh dari Kantor Bupati Sintang di Jalan Pattimura, Kecamatan Sintang Kota. Beragam permasalahan mewarnai eksistensi pada kedua pasar tersebut.

Pasar Junjung Buih, pada Rabu (19/9) sekitar pukul 12.00 siang masih terlihat ramai oleh pengunjung. Di lantai satu pasar tersebut, para pedagang menggelar dagangannya. Kebanyakan mereka menjual kebutuhan sehari-hari, macam sayur, ikan, daging, dan pangan segar lainnya. Ada pula toko-toko kelontong yang menjual aneka kebutuhan dapur.

Namun pemandangan yang kontradiksi terlihat di lantai dua pasar tersebut. Saat penulis beranjak menaiki tangga, kondisi lantai terlihat kotor. Ada juga sampah-sampah plastik yang berserakan.

Sesampai di lantai dua, terlihat kondisi kios kosong tak berpenghuni. Tidak ada penjual maupun pembeli. Beberapa pintu kios terbuka. Suasana pasar lantai dua itu terlihat gelap. Ditambah lagi dengan kondisi lantai dan dinding yang berdebu tebal, menambah kesan bahwa lantai dua pasar ini kumuh dan tidak terurus. Sampah-sampah plastik maupun makanan terlihat jelas berserakan di lantai.

“Sudah satu tahun lebih tak ada yang jualan di sini,” jawab salah seorang lelaki saat penulis menanyai perihal eksistensi lantai dua pasar tersebut.

Kondisi Pasar Junjung Buih Sintang yang berlokasi di Jalan Pattimura Kecamatan Sintang

Lelaki itu, tengah merebahkan badannya di atas meja sembari mengisi daya telepon pintarnya. Kebetulan di dekat tempatnya berbaring, terdapat colokan listrik.

Dia mengatakan bahwa, pedagang yang sebelumnya berjualan di sana, sedikit demi sedikit berkurang. Menurutnya, hal itu karena pengunjung pasar yang sepi, sehingga dagangan mereka tidak laku.

“Sedikit yang mau belanja di sini,” ucapnya sambil masih memainkan telepon pintarnya.

Diakuinya, tempat itu pun kerap dijadikan tempat untuk berkumpul para pedagang lantai satu. Mereka memanfaatkan lantai dua untuk sekedar melepas penat. “Kadang pedagang-pedagang yang di bawah kumpul di sini untuk isitirahat,” tandasnya.

Lain lagi dengan komentar salah satu juru parkir di Pasar Junjung Buih. Saat ditanya soal keberadaan lantai dua di pasar tersebut, ia malah berkelakar dengan menyebut,” Itu tempat hantu beranak.”

Tak jauh dari Pasar Junjung Buih, terdapat pasar lainnya, yakni Pasar Raya Sintang. Lokasinya tepat berada di depan Pasar Junjung Buih. Pasar yang diresmikan pada tahun 2016 lalu itu jauh lebih terawat. Maklum saja, karena bangunan itu tergolong masih baru.

Di lantai satu, kios-kios di pasar ini lebih didominasi pedagang yang menyajikan aneka makanan minuman. Kebanyakan pengunjungnya adalah laki-laki. Terlihat saat itu, para pengunjung tengah asik menyerumput kopi. Mereka saling berbicara satu sama lain. 

Masih di lantai dasar, di bagian dalam pasar, sejumlah kios justru tutup tak beroperasi. Hanya beberapa kios saja yang buka, seperti pedagang emas, dan pedagang arloji. Namun, pengunjung di kios-kios itu dapat dikatakan minim. Hanya ada beberapa kios saja yang didatangi pembeli.

Sementara itu, di lantai dua, pemandangan tak jauh berbeda. Beberapa kios terlihat tutup, ada pula yang buka. Kebanyakan mereka adalah pedagang pakaian. Namun kondisinya sama saja, sepi pengunjung. Pantauan penulis, tidak ada aktivitas tawar menawar saat itu. Beberapa pedagang bahkan terlihat hanya duduk-duduk sembari main telepon genggam. Mimik wajah mereka pun seperti orang yang tengah dirundung kebosanan.

“Kalau hari-hari biasa memang sepi seperti ini,” ungkap salah seorang pedagang.

Kondisi lantai dua Pasar Raya Sintang. Tidak sedikit kios-kios di pasar tersebut memutuskan untuk tutup lantaran sepi pengunjung

Permasalahan kedua pasar tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Disperindagkop Sintang. Hal ini pun dikatakan oleh Ketua DPRD Sintang, Jeffray Edward. Menurutnya, perlu ada penataan ulang terhadap pasar tersebut.

“Memang minat berbelanja masyarakat untuk berbelanja di sana (lantau dua pasar) sangat kurang, entah apa penyebabnya. Namun yang pasti dinas terkait harus mengkaji itu agar dapat difungsikan sesuai peruntukannya,” ungkap Politisi PDIP ini.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua DPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sintang, Mardiansyah. Menurutnya penataan ulang kios, perlu dilakukan agar masyarakat merasa lebih nyaman dalam berbelanja.

“Mestinya dari awal sudah ditata, pembagian kiosnya. Misalnya di lantai bawah apa saja, tempatkan sesuai dengan posisinya,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Disperindagkop dan UKM Sintang, Sudirman mengakui bahwa kios-kios di pasar tersebut kerap kosong, alias tidak dimanfaatkan oleh penyewa untuk berdagang. Padahal di awal persemian Pasar Raya Sintang, animo pedagang cukup tinggi untuk memperoleh kios-kios tersebut. Sehingga saat itu, pihakya terpaksa melakukan cabut undi.

“Karena jumlah peminatnya sangat banyak, bahkan mencapai 400 lebih pedagang. Sementara kios yang tersedia hanya 226,” sebutnya.

Namun pada kenyataannya, semakin ke sini, pedagang yang mendapat kesempatan memanfaatkan kios di sana justru urung berjualan. Sudirman mengira, para pedagang yang urung itu, disebabkan karena minimnya pengunjung. Sedikitnya pengunjung pasar, terutama di lantai dua, dikarenakan kondisi ekonomi yang sedang tidak bagus.

“Daya beli masyarakat memang lagi rendah akibat kondisi ekonomi  yang tidak menentu,” jelasnya.

Meski demikian, pihaknya sudah memberikan surat peringatan agar para pemilik kios kembali menempati kios tersebut. Dia menegaskan, jika surat peringatan yang diedarkan tak juga digubris, maka dari itu pihaknya akan segera menarik kunci kios kepada pedagang.

“Nanti akan digantikan dengan pedagang lain yang lebih menginginkan kios itu,” tuturnya. Pihaknya pun berjanji akan segera memfungsikan kios-kios yang terbengkalai itu.

Mengenai strategi agar pengunjung tertarik berbelanja di lantai dua pasar tersebut, diakuinya, Pemda Sintang punya keinginan untuk membuat tangga eskalator agar memudahkan mobilitas pengunjung. Di sisi lain, kehadiran eskalator diyakini akan menjadi daya tarik pengunjung. Sejauh ini menurut pantauannya, kios-kios yang masih bertahan adalah kios yang menyediakan sembako dan kuliner di lantai bawah. **

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *