INIBORNEO.COM, Pontianak – Capaian pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak baru mencapai 89 persen dari total penduduk di kota ini. Angka ini masih di bawah target Millenium Development Goals (MDGs) dari pemerintah pusat yang mencanangkan pelayanan air bersih 100 persen.
Hal tersebut dikatakan oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono saat kegiatan syukuran 50 tahun PDAM yang dirangkaikan dengan apel pagi, Rabu (14/5/2025). Meski belum memenuhi target, ia mengapresiasi PDAM yang telah memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat selama setengah abad lamanya.
“Ini suatu capaian yang tidak mudah untuk kita raih kalau kita tidak berkomitmen bersama-sama untuk mewujudkannya,” ujarnya usai menghadiri
Saat ini kapasitas produksi air bersih PDAM Kota Pontianak mampu memproduksi 2.050 liter per detik. Edi menyebut jumlah penduduk Kota Pontianak terus bertambah setiap tahun. Saat ini tercatat di Dukcapil ada sekitar 687.031 jiwa, yang artinya hampir mendekati 700 ribu jiwa. Dengan pertumbuhan penduduk tersebut, ia yakin kebutuhan air bersih juga semakin meningkat.
Selain itu, Edi juga menekankan kepada jajaran PDAM Kota Pontianak untuk senantiasa terus berupaya meningkatkan pelayanan air bersih dan merespon segala keluhan masyarakat. “Harapan saya adalah terus meningkatkan secara optimal kualitas pelayanan air bersih dan respon cepat segala keluhan pelanggan soal pelayanan air PDAM,” pesannya.
Edi pun mengakui adanya keluhan warga soal air PDAM yang keruh atau tidak lancar. Menuruutnya, hal itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kondisi pipa yang sudah berusia tua dan berpotensi mengalami tekanan besar sehingga menjadi pecah.
Oleh sebab itu, pihaknya akan mengevaluasi pipa-pipa yang sudah sangat tua dan memerlukan perhatian khusus. “Termasuk ada kerusakan-kerusakan lain yang harus kita tingkatkan untuk mengatasi masalah kebocoran,” tambah Edi.
Saat ini, tingkat kebocoran air PDAM mencapai 30,01 persen. Ia meminta PDAM bisa terus menekan angka kebocoran hingga di bawah 30 persen hingga 20 persen saja.
Edi melanjutkan, terdapat beberapa aspek teknis dan non-teknis yang harus terus dievaluasi untuk meningkatkan pelayanan air bersih. Salah satunya adalah berkaitan dengan sumber air baku. “Kita akan bekerja sama dengan pemerintah provinsi untuk mengupayakan peningkatan kualitas air baku,” tuturnya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya meningkatkan kualitas intake dan sistem perpipaan dalam distribusi air bersih. “Kita juga sedang menyelesaikan IPA Nipah Kuning, termasuk peningkatan kapasitasnya. Beberapa instalasi juga akan kita upgrade,” tambahnya.