Pameran Seni “Nugal Vol#2”: Menanam Benih Kesenian di Pontianak

  • Share

INIBORNEO.COM, PONTIANAK – Pontianak kembali diramaikan oleh gelaran seni rupa melalui pameran Nugal Vol#2, yang diselenggarakan oleh Kolektif Seni Rupa Emehdeyeh. Pameran ini dibuka hingga 20 Maret 2025, mengusung tema “Menghadirkan Gambaran, Menggambarkan Kehadiran.” Sebanyak 17 seniman dari Pontianak berpartisipasi dengan total 24 karya yang mencerminkan berbagai isu, mulai dari lingkungan, refleksi personal, hingga kesehatan mental.

Zakaria Pangaribuan, Ketua Komunitas Emehdeyeh, menjelaskan bahwa Nugal berasal dari istilah berladang di tanah lapang dalam budaya Dayak Bidayuh. “Dulu, Garin Nugroho pernah mengatakan bahwa seni di Pontianak seperti lahan kering. Dari situ, kami ingin menanam benih kesenian di ladang Pontianak ini,” ujarnya. Nugal Vol#1 pertama kali digelar pada 2022, dan edisi kedua ini hadir dengan semangat yang lebih kuat untuk membangun ekosistem seni di Kalimantan Barat.

Kurator pameran, M. Fauzi Yunanda, menuturkan bahwa karya-karya yang ditampilkan sangat beragam, baik dari segi medium maupun pesan yang disampaikan. “Ada isu lingkungan, kesehatan mental, hingga refleksi personal dari para seniman. Mereka menggunakan simbol-simbol yang menarik sehingga bisa dibaca sebagai pesan bagi masyarakat,” ungkapnya.

Annisa Fitri Yusuf, kurator lainnya menambahkan bahwa banyak karya yang mengangkat isu mentalitas. Ada pula beberapa mengangkat isu feminisme daei para seniman perempuan. “Seniman perempuan di Kalimantan Barat memiliki banyak ide, tapi ruang untuk menyalurkan gagasan mereka masih terbatas,” jelasnya.

Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah karya dari Alya Safira, Kay, dan Clara Monica. ” Seperti karya Clara Monica yang mengeksplorasi makna warna pink dalam perspektif berbeda dari stereotip feminin,” jelasnya lagi. 

Sementara itu, Jovanka, salah satu seniman yang ikut pameran, menampilkan karya instalasi berjudul Dualis Paradoks. Karya ini mengeksplorasi kontradiksi antara positif dan negatif melalui eksperimen pertumbuhan kecambah kacang hijau di atas puntung rokok. “Saya ingin melihat apakah kecambah bisa tumbuh di media yang tidak biasa. Ini adalah refleksi tentang paradoks dalam kehidupan kita,” katanya.

Ada pula karya kolase dari Ilham Rahmadana, yang menyusun potongan gambar dari majalah Trubus menjadi representasi interaksi alami makhluk hidup. “Ini kolase pertama saya yang dipamerkan, dikerjakan dalam waktu seminggu,” ujarnya.

Selain pameran, Emehdeyeh juga menelurkan karya animasi seni yang sebelumnya ikut serta dalam ajang Indonesia Bertutur. “Ini adalah film animasi seni pertama dari Kalimantan Barat, dan kami berharap bisa terus berkarya di bidang ini,” kata Zakaria.

Dengan berbagai eksplorasi dan semangat kolaborasi, Nugal Vol#2 menjadi ruang bagi seniman Pontianak untuk menanam benih kreativitas dan menghadirkan seni yang berbicara kepada publik. Harapannya, pameran ini bisa menjadi agenda tahunan yang terus berkembang dan memberi wadah bagi lebih banyak seniman di masa depan.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *