INIBORNEO.COM, Pontianak – Perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh selalu identik dengan makhluk mitologis dalam budaya Tionghoa, yakni naga. Banyak orang berusaha mendapatkan kumis dan sisik naga yang diyakini membawa keberuntungan hingga perayaan Cap Go Meh berikutnya.
Naga dikenal sebagai lambang keberuntungan, keselamatan, dan kedamaian yang telah dipercaya selama ribuan tahun. Keyakinan ini berakar dari ajaran kuno Ru Jiao (儒教), yang kini sering dikaitkan dengan ajaran Konghucu. Dalam ajaran tersebut, diyakini adanya makhluk hidup bumi dan langit, dengan naga termasuk sebagai makhluk langit yang mewakili unsur yin—dapat dirasakan, namun tak dapat dilihat.

Secara historis, Nabi Kong Zi, tokoh utama dalam ajaran Konghucu, dikisahkan dijaga oleh dua ekor naga dan makhluk suci bernama Kilin saat kelahirannya pada 551 SM. Kilin, yang digambarkan memiliki kepala naga dengan tubuh menyerupai jaguar, membawa batu kumalah kepada ibu Kong Zi sebagai pertanda lahirnya seorang raja tanpa mahkota.
Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu Kalbar, menjelaskan bahwa naga dipercaya sebagai makhluk langit yang melindungi keselamatan.
“Dalam tradisi Cap Go Meh, dilakukan ritual buka mata untuk mengundang roh naga masuk ke dalam patung naga yang dibuat. Setelah ritual ini, seluruh tubuh naga dianggap sakral dan diyakini membawa keberuntungan, kedamaian, dan keselamatan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa bagian naga, seperti kumis dan sisik, sering diambil sebagai simbol keberuntungan. Biasanya, benda-benda tersebut disimpan di dompet, dijadikan gelang, atau digantung di rumah. Kepercayaan ini tidak hanya berlaku bagi umat Konghucu, tetapi juga bagi siapa saja yang menghormati makhluk tersebut.
Shannon Simajuntak, seorang perempuan bersuku Batak dan beragama Katolik, mengaku sudah berusaha mendapatkan kumis dan sisik naga setiap tahun sejak SMA. Ia percaya kedua benda tersebut membawa keberuntungan, bahkan jika hanya memiliki salah satunya.
“Awalnya saya tidak percaya, tapi karena tumbuh di lingkungan yang mayoritas mempercayainya, lama-kelamaan saya ikut percaya juga,” ujarnya sambil menunjukkan kumis naga yang berhasil ia dapatkan dalam perayaan Cap Go Meh 2025 di Pontianak.
Shannon juga menikmati tantangan saat mencoba mengambil sisik naga yang dibawa dalam arak-arakan. Ia sering melompat untuk meraihnya, atau meminta bantuan orang di sekitarnya jika sulit dijangkau.
“Kumis dan sisik naga biasanya saya satukan, kemudian dijadikan gelang atau diikat di tas,” ungkapnya.
Meski begitu, Rudy menegaskan bahwa keberuntungan dari benda-benda tersebut tetap bergantung pada tindakan pemiliknya. “Keberuntungan sejati berasal dari Tuhan, sedangkan naga hanyalah perantara berkah. Niat baik dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci utama untuk meraih keselamatan dan kedamaian,” pungkasnya.
Selain kumis dan sisik naga, simbol keberuntungan lainnya dalam ajaran Konghucu termasuk Barongsai dan warna merah, yang diyakini mampu mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan bagi siapa saja yang menghormatinya.