Kue Keranjang Tradisional Legitnya Tak Tergantikan

  • Share
Kue keranjang yang dibuat secara tradisional. (Foto: Anty)

INIBORNEO.COM, Pontianak – Kue keranjang merupakan makanan terkenal ketika menjelang Imlek. Kue ini biasanya dijadikan buah tangan atau sekedar suguhan ketika berkunjung ke rumah-rumah yang merayakan Imlek. Kue ini sering dianggap sebagai simbol keberuntungan, rezeki, dan kebersamaan karena bentuknya yang bulat dan lengket, yang mencerminkan keutuhan dan ikatan keluarga.

Di Kota Pontianak, Felisitas (49) dan suaminya, Makmur (55), tetap mempertahankan cara tradisional dalam pembuatan kue keranjang. Menurut mereka, metode tradisional menghasilkan rasa yang lebih autentik dibandingkan metode modern.

“Kalau yang sudah menggunakan alat modern itu biasanya rasanya kurang legit dan warnanya pucat,” jelas Makmur ketika ditemui di kediamannya saat sedang mengaduk adonan.

Makmur dan Felisita sedang membuat adonan kue keranjang secara tradisional. (Foto: Anty)

Makmur dan Felisitas berbagi tugas selama proses pembuatan. Makmur mengaduk adonan tepung ketan dan cairan gula selama 45 menit, sementara Felisitas menuangkan cairan gula ke dalam adonan. Proses ini membutuhkan kesabaran, tetapi mereka percaya hasilnya sepadan.

Kue keranjang yang dibuat secara tradisional memerlukan waktu hingga 24 jam, termasuk proses pengukusan selama 12 jam. Waktu pengukusan yang panjang inilah yang menciptakan tekstur karamel sempurna. Kue buatan Felisitas dan Makmur dijual seharga Rp30 ribu per kilogram, dengan tiga jenis rasa yakni original, durian dan ketan hitam.

“Pelanggan kami banyak yang mengatakan bahwa rasa kue keranjang yang dibuat secara tradisional lebih kenyal dan masih terasa teksturenya sehingga lebih enak sehingga itu yang kami pertahankan,” ucap Felisitas.

Resep yang digunakan oleh pasangan ini berasal dari ibu Makmur, yang mulai membuat kue keranjang sejak 1979. “Dulu, saya membantu ibu menumbuk beras ketan secara manual karena belum ada alat penggilingan seperti sekarang,” kenang Makmur.

Sebagai generasi kedua, Makmur menyebutkan bahwa ia dan istri memiliki passion dibidang kuliner yang juga sering membuat kue selain kue keranjang. Terutama Felisitas yang sering membuat kue kering dan cake modern seperti kue nastar dan cheesecake. Tak jarang ia juga membuat bakmie diselingan kesehariannya. Selain itu, pasangan ini telah menekuni bidang pengobatan tradisional Tiongkok, seperti totok jalan darah, selama 16 tahun.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *