Luak Kue, Sajian Khas Saat Perayaan Imlek

  • Share
Luak Kue, sajian khas ketika Imlek (foto: Instagram @vianney_lim99)

INIBORNEO.COM, Pontianak – Imlek adalah perayaan tahun baru menurut kalender Cina yang dirayakan setahun sekali oleh masyarakat Tionghoa. Dalam perayaan ini, umat Tionghoa biasanya melaksanakan sembahyang sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa dan dewi yang mereka yakini. Salah satu elemen penting dalam prosesi sembahyang ini adalah menyajikan makanan yang memiliki makna khusus, seperti Luak Kue.

Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu, menjelaskan bahwa Luak Kue melambangkan keyakinan bahwa manusia hidup dalam hubungan yang tidak terpisahkan dengan Tuhan. “Manusia bergantung pada Tuhan dan alam semesta. Tuhan memberikan tanah untuk bercocok tanam, dan hasil bumi tersebut disembahyangkan sebagai bentuk syukur atas berkat yang diterima,” jelasnya.

Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu

Menurutnya, di masa lampau, Luak Kue hanya terbuat dari ketan tanpa isian. Namun, seiring waktu, variasi isian seperti kelapa dan kacang hijau mulai ditambahkan.

Luak Kue memiliki kemiripan dengan chaikue atau choipan goreng, tetapi sajian ini hanya tersedia saat perayaan Imlek. Dibuat dari ketan, Luak Kue digoreng hingga kedua sisinya berwarna kecokelatan. Biasanya, makanan ini disajikan dalam sembahyang menjelang Imlek atau saat Cap Ji Gwe Jiap Si, yaitu bulan 12 tanggal 24 dalam penanggalan Cina. Pada tanggal ini, masyarakat Tionghoa juga merayakan Ji Si Siang Ang atau Song Wang, sebuah festival untuk mengantar Dewa Dapur, Zao Jun, naik ke surga guna melaporkan tugasnya selama setahun kepada Tian atau Tuhan.

Di Pontianak, salah satu pembuat Luak Kue adalah Yo Xiang Kiang (74). Ia mengungkapkan bahwa permintaan Luak Kue selalu melonjak tajam menjelang Imlek. Meski usianya sudah lanjut, ia tetap menerima ratusan pesanan setiap tahunnya. “Saya bekerja sendiri tanpa bantuan, jadi tidak bisa membuat terlalu banyak,” ujarnya saat ditemui di kediamannya.

Yo Xiang Kiang (74), penjual Luak Kue di Pontianak.

Dulu, ketika fisiknya masih kuat, Xiang Kiang mampu membuat hampir seribu Luak Kue menjelang Imlek. Kini, ia menjalankan aktivitas tersebut sebagai selingan dari pekerjaan utamanya sebagai penjahit.

Meskipun tidak ada resep khusus, pelanggan setianya tetap memesan Luak Kue buatannya yang dijual seharga Rp4 ribu per biji. “Resep Luak Kue itu sebenarnya sudah banyak di internet, tapi karena saya sudah mengerjakannya selama tiga puluh tahun, saya sudah hafal di luar kepala,” jelasnya.

Selain Luak Kue, Xiang Kiang juga membuat makanan khas Tionghoa lainnya untuk perayaan, seperti bacang dan bapao. Dalam kesehariannya, ia juga memproduksi bola talas.

Keberadaan Luak Kue sebagai sajian khas Imlek menunjukkan betapa eratnya hubungan tradisi dan budaya dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Tak hanya menjadi makanan, Luak Kue juga menjadi simbol kekayaan budaya yang tetap relevan di tengah perubahan zaman.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *