Extinction Rebellion Lakukan Aksi Berontak dengan Damai

  • Share
aksi berontak damai XR Pontianak

INIBORNEO.COM, Pontianak – Extinction Rebellion (XR) Pontianak dalam rangka meramaikan Global Cleaning Strike (GCS) 2023 melakukan aksi berontak damai dengan menggelar live music bertemakan “Pemberontakan dari Krisis Iklim”. Kegiatan ini dilakukan pada Minggu (24/09) di Logore Coffee, dengan harapan bisa menyadarkan masyarakat untuk ikut peduli terhadap krisis iklim.

“Tujuan kami mengadakan acara ini untuk berkampanye secara positif melalui musik yang bisa di terima di semua kalangan dengan tema krisis iklim,” kata Lani Ardiansyah, Ketua Basis Preman Urban, salah satu kelompok yang ikut memeriahkan aksi berontak dengan damai XR Pontianak.

Lani juga menuturkan bahwa tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan anak-anak muda yang mempunyai visi yang sama dengan perubahan iklim. Mempertanyakan mengapa kebakaran harus menjadi musiman tiap tahun, bahkan sampai harus meliburkan sekolah. “Tidak menutup kemungkinan 5 sampai 10 tahun lagi Kalbar akan kebanjiran,” lanjutnya.

Global Climate Strike (GCS) atau Jeda Iklim Global merupakan unjuk rasa yang mengangkat permasalahan perubahan iklim. Unjuk rasa yang berlangsung di berbagai negara. GCS juga membuka ruang untuk berkolektif secara masif kepada setiap kelompok agar bisa mengambil bagian dalam menyuarakan krisis iklim, karena semua orang bisa terkena dampaknya. XR Pontianak sendiri adalah wadah bagi seluruh orang yg mempunyai misi untuk peduli terhadap isu krisis iklim.

Anang Maulana, Kordinator XR Pontianak, juga mengatakan bahwa XR Pontianak menolak dalam kepunahan di segala bentuk.

“Ditahun-tahun berikutnya, bumi diprediksi akan gelap dalam artian kita akan mengenang masa depan dengan bumi yang dirusak. Bahwasannya Kalbar merupakan bagian dari Kalimantan yang dulu di angkat sebagai paru-paru dunia. Akan tetapi itu dulu, sekarang sudah menjadi paru- paru oligarki,” tuturnya.

“Kami masih tegak lurus untuk pemberontak terhadap isu lingkungan,” lanjut Anang.

Salah satu kelompok yang turut mendukung secara positif aksi berontak damai ini adalah Slankers Fans Club (SFC) Pontianak, kelompok penggemar band Slank, karena sesuai dengan visi mereka yakni cinta damai walaupun biasanya tidak didengar.

“Sebenarnya Slanker itu cinta damai, hanya saja biasanya tidak didengar. Maunya berontak baru didengar. Salah satu contohnya kasus di Pulau Rempang yang ketika berontak baru didengar. Di Sintang juga, pembakaran menjadi salah satu agenda tahunan yang membuat kita berpikir apakah kebakaran ini memang ada agendanya?” tutur Ketua SFC Pontianak, Johno Subianto.

Ia menyatakan bahwa semoga kita semua menjadi contoh yang baik dan berprestasi karena Slanker juga cinta damai dan tidak ingin di cap pemberontak.

Terakhir, Lani mengatakan bahwa saat ini krisis iklim sudah ada dan pemerintah belom siap untuk menghadapi nya. “Maka dari itu kita masyarakat harus siap terhadap krisis iklim secara pribadi. Kita juga harus peka terhadap isu perusak lingkungan yg membuat krisis iklim makin cepat dan parah,” tutupnya.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *