INIBORNEO.COM, SAMARINDA – Indonesia telah memperingati momentum 16 HAKTP selama 21 tahun di tanggal 25 November hingga 10 Desember.
Sepanjang 16 hari tersebut, berisi rangkaian hari-hari penting: 25 November; Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, 29 November; Hari Perempuan Pembela HAM, Hari AIDS Sedunia, 1 Desember; Hari Internasional untuk Penghapusan Perbudakan, 2 Desember; Hari Internasional bagi Penyandang Disabilitas, 3 Desember; Hari Internasional bagi Sukarelawan, 5 Desember; Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan, 6 Desember; Hari Pembela HAM Internasional, 9 Desember, 10 Desember; Dan Hari HAM Internasional.
Savrinadeya Support Group (SSG) menggelar aksi kampanye menyerukan “Ruang Aman Bagi Seluruhnya!”.
Aksi kampanye ini digelar sepanjang 25 November 2022 hingga 10 Desember 2022 di berbagai titik Kota/Kabupaten, yaitu Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara (PPU), Bontang dan Mataram.
Koordinator Utama Savrinadeya Support Group Nelly Agustina menyatakan bahwa dalam Update data per 1 Oktober 2022 dari Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, menyatakan bahwa Kaltim memiliki 636 kasus kekerasan perempuan dan anak.
“Kota Samarinda menempati urutan tertinggi dalam kasus kekerasan perempuan dan anak, dengan jumlah 325 kasus. Kemudian disusul oleh Bontang dengan 78 kasus, Balikpapan sebanyak 52 kasus, Kutai Timur 51 kasus, Kukar 39 kasus, Paser 27, PPU 26, Berau 22 kasus dan Kubar 16 kasus,” ujarnya dalam konferensi press, pada Jumat 9 Desember 2022.
Nelly juga menyebutkan bahwa dari data DKP3A Kaltim menyatakan koban kekerasan perempuan dan anak, memiliki data yang kurang lebih saja.
“Datanya kurang lebih saja. Perempuan dewasa sebagai korban sekitar 50,4 persen dan anak sebagai korban kekerasan 49 persen,” paparnya.
Koordinator Utama Savrinadeya Support Group ini melihat bahwa segala medium ruang, memiliki potensi tidak aman bagi perempuan.
“Kita tahu bahwa ada kasus dalam rumah ibadah, pesantren, rumah, kampus, sekolah dan tempat kerja maupun ruang-ruang publik. Hampir seluruh ruang kini tidak aman, kita mengkampanyekan bahwa perlu ada ruang aman bagi seluruhnya dan dimanapun,” tutupnya.