Jejak Sejarah Festival Bakcang

  • Share
Kapal pengangkut warga yang hendak melemparkan Bakcang ke sungai di Festival Bakcang 2025 Kalbar. (Foto: Cantya Zamzabella)
Kapal pengangkut warga yang hendak melemparkan Bakcang ke sungai di Festival Bakcang 2025 Kalbar. (Foto: Cantya Zamzabella)

INIBORNEO.COM, Pontianak – Festival Bakcang yang merupakan event tahunan Kalimantan Barat memiliki sejarah yang begitu panjang. Diperkirakan telah berlangsung sejak tahun 2078 sebelum Masehi dan telah bertahan lebih dari 4 ribu tahun. Tradisi ini sendiri dikenal dalam budaya Tionghoa yang diperingati setiap tanggal lima bulan lima dalam kalender Tiongkok.

“Festival Bakcang menyimpan kisah sejarah yang menyentuh, yakni tentang seorang Menteri Kerajaan Zhu, Qu Yuan, yang hidup pada abad ketiga sebelum masehi. Beliau dikenal sebagai pejabat yang setia dan mencintai rakyatnya, namun ia difitnah oleh lawan politik hingga akhirnya diasingkan. Dalam pengasingannya, ia menulis puisi-puisi yang mencerminkan kecintaannya pada tanah air dan kesedihan terhadap kehancuran negerinya,” cerita Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu Kalbar pada Sabtu, 31 Mei 2025, ketika menghadiri Festival Bakcang di Pontianak.

Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu Kalbar
Rudy Leonardo, Ketua Majelis Agama Konghucu Kalbar (Foto: Cantya Zamzabella)

Lanjut, ia mengatakan bahwa ketika Kerajaan Zhu akhirnya jatuh ke tangan musuh, Qu Yuan diliputi keputusasaan dan memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke sungai pada tanggal lima bulan lima. Masyarakat yang mencintainya segera berbondong-bondong menyusuri sungai dengan rakit demi mencari jasadnya. Untuk menghindari jasad Qu Yuan dari gangguan hewan air, mereka melemparkan beras yang dibungkus daun ke sungai. Tradisi inilah yang kemudian melahirkan Bakcang atau nasi isi yang dibungkus daun dan dimasak dengan cara dikukus atau direbus.

“Meskipun Festival Bakcang kerap diasosiasikan dengan ajaran Konghucu karena nilai-nilai moral yang diusung, seperti kesetiaan, cinta tanah air, dan penghormatan kepada tokoh berjasa, sejatinya perayaan ini lebih merupakan tradisi budaya daripada ritual keagamaan,” ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa secara garis besar, tradisi Bakcang memuat dua hal pokok yang menjadi inti perayaannya. Pertama, penghormatan terhadap alam dan kesehatan, yang tercermin dari pemanfaatan momen ketika matahari berada pada titik terkuat sebagai waktu terbaik untuk memetik tanaman obat dan mengambil air demi pengobatan tradisional. Kedua, penghormatan terhadap sosok Qu Yuan, seorang tokoh bersejarah yang menjadi simbol kesetiaan dan pengorbanan demi tanah air.

Keseruan warga Pontianak ketika mengikuti Festival Bakcang 2025. (Foto: Cantya Zamzabella)
Keseruan warga Pontianak ketika mengikuti Festival Bakcang 2025. (Foto: Cantya Zamzabella)

“Nilai-nilai tersebut mencerminkan filosofi hidup masyarakat Tionghoa yang menjunjung tinggi keharmonisan dengan alam dan penghargaan terhadap sejarah serta jasa para leluhur,” tutupnya.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *