Belajar Berbasis Riset jadi Cara Asah Keterampilan Hidup Generasi Alfa

  • Share
Festival Cerlang yang dilangsungkan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional sekaligus hari jadi Sekolah Alam Terpadu Cerlang ke-13 di Pontianak (11/5/2025). (Doc Cerlang)

INIBORNEO.COM, Pontianak – Membangun kapasitas riset sebagai salah satu lifeskill atau keterampilan hidup saat ini semakin penting untuk masa depan. Poin penting inilah yang ditekankan dalam Festival Cerlang, kegiatan yang dilangsungkan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional sekaligus hari jadi Sekolah Alam Terpadu Cerlang ke-13 di Pontianak (11/5/2025).

Festival Cerlang diawali dengan playdate atau bisa dimaknai sebagai janjian main bareng. Lebih 70 anak dalam usia pendidikan dini hingga SD terlibat dalam kegiatan ini. Selain itu, juga ada pertunjukan musik dari anak-anak Cerlang. Para pengunjung juga dapat menikmati Gelar Karya dari proses belajar di Cerlang sambil berdiskusi langsung dengan guru, siswa dan juga orang tua murid.

Selain itu, juga digelar dialog bertajuk Riset sebagai Ketrampilan Hidup. Dalam sesi ini, Sri Wartati, co-founder sekaligus trainer fasilitator atau para pendidik di sekolah ini mengajak para orang tua untuk mengasah keterampilan belajar anak berbasis riset.

“Ajakan mengembangkan kapasitas riset didasarkan atas pertimbangan kebutuhan anak untuk memiliki alat yang handal dalam menavigasi diri menghadapi tantangan hidup melalui proses internalisasi siklus belajar,” ujar Sri.

Riset adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengasah rasa ingin tahu, ketrampilan menggali informasi yang akuntabel dan kemampuan mencari solusi secara kreatif. Dengan demikian, riset dapat menjadi alat strategis bagi anak-anak generasi alfa untuk menyikapi berbagai tantangan hidup yang semakin kompleks yang akan ia hadapi ke depan.

Kedua, riset membuka kesempatan untuk menginternalisasi siklus belajar yaitu cara membangun pengetahuan secara akumulatif berdasarkan upaya mencari tahu lebih mendalam, berefleksikan dan mengaplikasi perbaikannya sebagai pengalaman baru yang ia perdalam lebih lanjut Dengan proses ini, anak akan menghayati belajar sebagai proses membangun nalar yang bertumbuh tanpa batas, yang akan ia hidupi sepanjang masanya, yaitu sejak lahir hingga tutup usia.

“Riset dimulai dengan menggali minat anak. Terkesan sederhana, namun dengan proses yang tepat anak akan belajar logika berpikir dan banyak hal,”  Sri menambahkan.

Selain pendekatan belajar berbasis riset, Sekolah Cerlang juga mengasah kepekaan pada lingkungan melalui berbagai program pendidikan karakter. Termasuk kegiatan perayaan kebhinnekaan di dalam masyarakat, socioprenuership untuk bergotong-royong membantu pihak yang membutuhkan, kantin mandiri untuk meneguhkan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan yang membangun kesadaran pada kebersihan, hemat energi dan bercocok tanam sedari dini untuk bertanggungjawab pada kelestarian alam.

“Pendekatan Cerlang pas dalam menyikapi kondisi hari ini dan ke depan yang bukan saja penuh ketidakpastian, tetapi bisa jadi juga bersifat chaos,” ujar Kamala Chandrakirana, salah satu pengunjung Festival Cerlang.

Kamala yang pernah menjadi ahli independen untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa 2010-2017 ini mengaku terkesan dengan hasil pembelajaran di Cerlang. “Misalnya saja bagaimana salah satu anak Cerlang bisa menjelaskan sistem tubuh yang kompleks dengan penuh imaginasi,”ungkapnya.

Kesan serupa mengenai proses dan hasil belajar di Cerlang juga disampaikan oleh empat pengunjung lainnya, yaitu Tati Krisnawaty yang merupakan pengagas komunitas Kali Aget, Myra Diarsi yang merupakan co-founder Kalyanamitra, Theresia Iswarini komisioner Komnas Perempuan 2020-2025 dan Sartika Pradhani yang merupakan dosen hukum Universitas Gajah Mada.

“Sudah lama saya mendengar tentang Cerlang. Namun, hari ini dengan melihat dan berinteraksi langsung, hati saya tertinggal di Cerlang. Kita perlu sama-sama merawat dan membesarkannya,” ungkap Tati.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *