Topindo Bagikan Pengalaman IPO

  • Share
Seiko Manito, CEO PT Topindo Solusi Komunika Tbk ketika membagikan pengalaman IPO-nya.

INIBORNEO.COM, Pontianak – PT Topindo Solusi Komunika Tbk berhasil menjadi perusahaan di Kalimantan Barat pertama yang Initial Public Offering (IPO). Keberhasilan ini sukses diraih akibat kerja keras dari sang CEO, Seiko Manito.

Dalam Workshop Go Public (IPO) Bursa Efek Indonesia di Pontianak 2024 pada Jum’at (07/07), Seiko membagikan pengalamannya dalam membangun Topindo. Ia memulakan dengan menuturkan bahwa dirinya hanya orang biasa yang berasal dari kota kecil yakni Singkawang.

“Saya bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, hanya berkecukupan. Namun ketika ingin memenuhi keinginan merupakan hal yang sangat sulit untuk diwujudkan dan harus bekerja keras untuk mendapatkan hal tersebut. Sejak berumur 16 tahun, saya sudah memulai usaha cetak foto, isi ringtone dan semacamnya,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa Topindo ini dibangun hanya dengan bermodalkan Rp 500 ribu sebagai bagian dari proses distribusi perusahaan konvensional melalui SMS. Hanya dengan bermodalkan uang yang kecil, Seiko sudah bisa menghasilkan Rp 1 juta per harinya.

“Hal itu merupakan pondasi bagi saya untuk terus maju dan berkembang dalam membangun Topindo semakin besar,” ucapnya.

Topindo sendiri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distributor perusahaan konvensional dan sudah memiliki kurang lebih satu juta pengguna. Omset yang dimiliki juga sudah stabil dengan angka Rp 2 triliun ke atas. Selain itu, Topindo juga sudah memiliki cabang di seluruh provinsi di Kalimantan.

“Awalnya saya menghadiri edukasi tentang IPO yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia di Singkawangan. Setelah itu saya tertarik untuk membuat Topindo untuk bisa IPO,” jelas Seiko.

Saat itu Topindo belum memiliki laporan keuangan, namun Seiko dengan percaya diri bertemu dengan sekuritas yang memegang proyek IPO bernilai triliunan. Mereka mempertanyakan bagaimana laporan keuangan Topindo sedangkan ketika itu Seiko sendiri belum paham akan laporan keuangan. Karena tekad yang keras, Seiko mulai belajar sedikit demi sedikit tentang laporan keuangan.

“Ternyata untuk melalui proses IPO untuk perusahaan yang beranjak dari nol ada fasilitas yang namanya IDX Incubator yang membantu memberikan kurikulum dan edukasi, serta mengenalkan ke teman-teman profesi penunjang. Tidak dipungut biaya sepeser pun,” katanya.

Setelah tergabung dalam IDX Incubator, Seiko akhirnya mulai melakukan perapian keuangan yang sudah bisa diaudit. Di 2020, ketika membuat PT dan sebagainya, Seiko sempat terkena pasal pajak dan 60 persen harta yang dikumpulkannya habis.

“Saat itu saya sempat diancam untuk bayar 25 milyar dan saya hanya bisa pasrah jika ditangkap karena saya tidak punya uang sebanyak itu,” tutur Seiko.

Akan tetapi, Seiko tetap kukuh untuk Topindo agar bisa Go Public. Baginya, pasal pajak merupakan konsekuensi masa lalunya karena tidak memiliki laporan keuangan yang benar. Bursa Efek Indonesia juga terus membantu Seiko dengan mengenalkan ke teman-teman sekuritas. Saat itu, Seiko juga sempat melakukan kesalahan dengan memilih sekuritas yang salah sehingga membuat IPO-nya gagal.

Dengan tertunduk lesu, Seiko pulang ke rumah dengan pikiran bahwa IPO mungkin bukan jalan untuknya, IPO tidak mungkin untuk orang yang tidak memiliki uang dan investor. “Siapa kita? Kenapa berani bermimpi begitu besar?” katanya.

Kemudian, Seiko mencoba peruntungan sekali lagi dengan menghubungi sekuritas lain dan berharap bisa listing di September 2023. Ia berpikir bahwa saat itu semuanya akan lancar karena ia maju bersama MNC Sekuritas. Akan tetapi, masalah lain datang ketika ia mendapat kabar bahwa adiknya akan menikah di Australia yang bertepatan dengan Mini Expo yang harus dihadiri. Setelah berkonsultasi, akhirnya Seiko diberi kesempatan untuk melakukan Mini Expo di Australia, bertepatan dengan acara pernikahan adiknya.

Sepulang dari Australia, Seiko akhirnya mendapat panggilan dari Bursa Efek Indonesia dan melakukan penandatangan registrasi kedua. Tak lama setelah itu, Topindo mendapatkan surat bahwa IPO sudah disetujui oleh Bursa Efek Indonesia.

“Banyak orang terkejut bahwa ada perusahaan di Kalbar yang memiliki omset 2 triliun dan belum pernah dapat funding,” jelasnya.

Seiko juga memberikan masukan kepada peserta workshop yang hadir untuk menyelesaikan permasalahan-permasalah perusahaan terlebih dahulu sebelum listing, karena hal tersebut akan mengganggu ketika hendak melakukan IPO.

“Ketika dana masuk ke rekening saya dengan jumlah yang fantastis, disitu saya menyadari bahwa mimpi saya berhasil,” ucap Seiko.

Seiko juga menyampaikan bahwa IPO bukan hal yang mudah dan tidak bisa dimainkan sesuka hati. IPO juga membutuhkan komitmen dan konsistensi. Ia berharap, melalui pengalamannya dan edukasi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia bisa menjadi motivas dan pembelajaran untuk teman-teman yang ingin perusahaannya IPO juga.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *