INIBORNEO.COM, Pontianak – Dalam upaya memperkenalkan kembali warisan sejarah kota, komunitas Pontianak Heritage melakukan kegiatan Jelajah Kote Jage Sejarah (JKJS) pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Agenda kali ini menelusuri jejak peninggalan Kesultanan Pontianak, dimulai dari Warung Kopi Djaja hingga ke Tugu 40 Tahun Sultan Muhammad Al-Kadrie bertahta.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Ahmad Sofian, pegiat literasi dan penulis buku Pontianak Heritage. Ia bersama rekan-rekan komunitas berkumpul sejak pagi di Warung Kopi Djaja, salah satu warung kopi tertua di Jalan Tanjungpura, Pontianak. Dengan suguhan kopi hitam dan selai pisang beralas kertas putih tipis, suasana khas kota tua terasa hangat sebelum rombongan memulai perjalanan.

Dari warung kopi, para peserta berjalan kaki ke tepi Sungai Kapuas, menyeberang menggunakan sampan laju, lalu melintasi Pasar Anggrek menuju halaman depan Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Di sana, mereka menyambangi dua bangunan bersejarah: Tugu 40 Tahun Sultan Muhammad Al-Kadrie bertahta dan Benteng Batu (pagar sekeliling istana), yang keduanya menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota Pontianak.
Monumen Kesetiaan Rakyat kepada Sultan Terlama Pontianak
Tugu Peringatan 40 Tahun Sultan Syarif Muhammad Al-Kadrie bertahta berdiri tidak jauh dari gerbang utama Istana Kadriah, tepatnya di arah barat daya, dalam wilayah Kelurahan Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Bangunan ini merupakan persembahan rakyat dan penduduk Pontianak kepada sultan keenam Kesultanan Pontianak, Sultan Syarif Muhammad Al-Kadrie, yang memerintah selama hampir setengah abad (1895–1944).

Tugu ini dibangun pada Maret 1935 untuk memperingati empat dekade masa kepemimpinan sang sultan. Dalam catatan sejarah, peresmian tugu turut dihadiri Sultan bersama Ratu Besar serta para pejabat Resident Borneo Westerafdeling.
Secara arsitektur, tugu terdiri atas tiga bagian: dasar berukuran sekitar dua meter dengan tinggi 15 sentimeter, bagian tengah setinggi 15 sentimeter, dan puncak yang menjulang sekitar lima meter. Di sekelilingnya terdapat sepuluh tonggak yang dihubungkan rantai besi, menjadi simbol keterikatan antara rakyat dan pemimpin.
Pada sisi utara tugu terdapat tulisan penghormatan yang menegaskan bahwa bangunan ini merupakan tanda bersetia bakti rakyat kepada Sultan Al-Kadrie sebagai wujud cinta dan kesetiaan yang abadi.
Kini, setelah hampir sembilan dekade, tugu tersebut masih tegak berdiri di halaman depan Istana Kadriah. Lebih dari sekadar monumen, ia menjadi penanda hubungan erat antara pemimpin dan rakyat, serta bagian penting dari ingatan kolektif masyarakat Pontianak.











