INIBORNEO.COM, Jakarta – Berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2018, spesies Ramin (Gonystylus bancanus) terancam punah akibat eksploitasi berlebihan untuk tujuan komersil, penebangan hutan yang tidak berkelanjutan, degradasi habitat, serta alih fungsi hutan. Tercatat penurunan tajam populasi Ramin di Indonesia yang penyebarannya kini meninggalkan sisa-sisa populasi yang terfragmentasi. Padahal, Ramin merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang menjadi rumah bagi beragam jenis fauna di lahan gambut untuk mencari makan, bersarang dan berlindung.
Ramin telah masuk ke daftar spesies yang terancam punah dalam Alinea ke-2 Daftar Merah yang dirilis oleh Organisasi International untuk Konservasi Alam, International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan masuk Appendix II pada Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam (CITES) sejak tahun 2005, yang artinya terdapat pengaturan khusus dalam perdagangannya. “Dibutuhkan studi lebih lanjut tentang spesies Ramin, misalnya informasi biologis Ramin secara rinci dan cara menghasilkan buah Ramin dengan baik, sehingga pelestarian varietas genetik dan adaptasi evolusi spesies tersebut di masa depan lebih terjamin. Pasalnya, masih banyak yang belum diketahui tentang Ramin,” ujar Peneliti Independen Ramin Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo,yang juga merupakan ketua Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI).
Menjawab tantangan tersebut, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas dan Balai Besar Penelitian Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BBPBPTH-KLHK) bekerja sama dalam mengembangkan pusat sumber daya genetik spesies Ramin untuk mendukung upaya konservasi spesies Ramin yang masih tersisa. Kemitraan tersebut merupakan inisiatif konservasi Ramin pertama oleh sektor swasta di Indonesia.
“Keberadaan spesies Ramin merupakan tolak ukur kesehatan konservasi di lahan gambut. APP Sinar Mas, melalui upaya konservasi genetik Ramin yang konsisten dan terdepan, baik secara mikro dan makro, telah berhasil mendorong upaya keberlangsungan Ramin,” ujar peneliti BBPBPTH-KLHK Dr. Ir. Asri Insiana Putri, MP.Program kemitraan dalam konservasi Ramin ini diluncurkan pada tahun 2012 di provinsi Riau dan mencakup area awal seluas 20 hektar di kawasan konservasi hutan produksi milik perusahaan. “Pada tahun pertama, kegiatan difokuskan pada identifikasi penyebaran, pengumpulan material genetik dari Provinsi, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta pengembangan teknik perbanyakan Ramin baik melalui stek pucuk maupun kultur jaringan,” tambahnya.
Untuk mendukung penelitian budidaya Ramin lebih lanjut, APP Sinar Mas membangun fasilitas pembibitan khusus di wilayah PT Arara Abadi di Riau, dengan kapasitas 65.000 bibit. Lokasi konservasi ini terletak pada lahan gambut dengan permukaan air dangkal yang dianggap ideal untuk pertumbuhan semai Ramin. Selain membangun fasilitas pembibitan, tim APP Sinar Mas dan BBPBPTH-KLHK mengumpulkan sekitar 12.300 sampel Ramin liar dari 4 populasi alam; Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Riau, Ketapang di Kalimantan Barat, Palangkaraya dan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah, serta dari kawasan hutan produksi di pesisir timur di Jambi.
Menurut Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas Elim Sritaba, usaha konservasi Ramin ini merupakan bagian penting dari Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) yang dimiliki APP Sinar Mas. “Kami telah melakukan analisis genetik populasi anakan Ramin untuk memahami struktur genetik dan hubungan antara berbagai populasi Ramin yang telah terkumpul. Melalui upaya tersebut, populasi yang terkumpul selama program konservasi cukup untuk mewakili populasi alami Ramin di Sumatera dan Kalimantan. LIPI dan CFBTI telah mengakui bahwa koleksi genetika Ramin yang dimiliki R&D APP Sinar Mas merupakan koleksi terlengkap di Indonesia, bahkan melebihi koleksi kedua organisasi tersebut. Lebih lanjut, materi genetik Ramin di R&D APP Sinar Mas dianggap murni, yang berarti tidak ada campuran di antara populasi Ramin yang berbeda,” ujarnya.
Kelengkapan koleksi genetika Ramin yang bisa ditelusuri milik R&D APP Sinar Mas pun terbukti mendukung upaya konservasi spesies Ramin. “Hasil stek pucuk yang ditanam di lapangan dengan keragaman genetik yang tinggi membantu kelestarian Ramin. Hal ini penting dalam upaya konservasi, karena variasi genetik yang rendah dapat menurunkan tingkat ketahanan spesies,” jelas Tukirin. Setelah lebih dari 7 tahun penelitian, tim peneliti BBPBPTH-KLHK dan APP Sinar Mas kini telah berhasil menumbuhkan perakaran tunas Ramin melalui teknik kultur jaringan. Meskipun kemajuan ini masih berada di tingkat laboratorium, tahap ini adalah yang paling maju yang telah dicapai dalam penelitian kultur jaringan Ramin di tingkat global.
Bibit Ramin di fasilitas pembibitan, yang merupakan hasil dari perbanyakan makro dan pengumpulan dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, kini digunakan untuk kegiatan restorasi hutan gambut dan repopulasi di kawasan lindung dalam area konsesi pemasok kayu APP Sinar Mas. Bibit-bibit ini telah melalui proses pendataan dan perawatan yang ketat untuk memastikan proses yang terstandarisasi. Contohnya, PT Sekato Pratama Makmur pada awal Desember 2020 telah mendapatkan sertifikat sumber benih tanaman hutan Ramin dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau, sebagai pemenuhan syarat sumber benih tanaman dengan tegakan benih teridentifikasi.
Ramin menjadi spesies yang harus dilindungi karena tergolong dalam kategori pohon kayu ringan dengan harga jual yang tinggi dan diincar pasar internasional untuk produksi furnitur. Asri menambahkan, “Selain itu, terdapat banyak kendala untuk memulihkan populasinya, contohnya siklus pembuahan tahunan yang tidak teratur, musim mekar yang bergantung pada lokasinya, dan proses regenerasinya lambat dibandingkan dengan spesies lain di habitat yang sama,” ujarnya.
Terlepas dari kendala dan tantangan dalam menyelamatkan spesies Ramin, APP Sinar Mas terus memperkuat komitmennya. “Keberhasilan yang telah kami capai sejauh ini telah membuka harapan dalam langkah konservasi spesies Ramin. Hingga pertengahan tahun 2020, telah tersedia lebih dari 8.500 bibit dan stek Ramin di persemaian, sekitar 6.500 di antaranya siap ditanam. Ke depannya, kami berharap dapat berbagi praktik terbaik dengan pihak lain yang memiliki perhatian yang sama,” tutup Elim.