INIBORNEO.COM, Kubu Raya – Setelah tujuh tahun lamanya sejak peletakan batu pertama pada tahun 2017, akhirnya Rumah Hakka (Tulou) Kalimantan Barat resmi berdiri megah. Pada Jumat pagi, tepat pukul 09.00 WIB (11/10/2024), bangunan ini diresmikan oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes. Peresmian tersebut menjadi tonggak penting bagi masyarakat Kalimantan Barat, khususnya warga Tionghoa, karena Rumah Hakka tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga kebanggaan tersendiri.
“Sebagai salah satu suku terbesar di Kalimantan Barat, kehadiran Rumah Hakka menjadi ikon sekaligus kebanggaan bagi masyarakat Kalbar, terutama bagi warga Tionghoa,” ujar Harisson dalam sambutannya.
Ia menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada anggota komunitas Hakka yang telah mewujudkan bangunan megah ini. Rumah Hakka di Jalan Hakka, Kabupaten Kubu Raya, tidak hanya akan menjadi bangunan bersejarah, tetapi juga tempat penting untuk mendokumentasikan dan melestarikan budaya Tionghoa, khususnya sub-suku Hakka.
Salah satu aspek menarik dari Rumah Hakka Kalbar adalah penggunaan bahan bangunan asli. Tanpa menggunakan plester, dengan semua dinding bangunan terbuat dari batu bata murni yang didatangkan dari Singkawang. Ini sejalan dengan konsep ‘Tulou’ itu sendiri, yang dalam sejarahnya merupakan bangunan bertingkat dari tanah yang dapat menampung ratusan keluarga.
“Saya yakin ini akan menjadi salah satu destinasi wisata menarik, baik bagi wisatawan lokal, domestik, maupun mancanegara, karena di sini ada sejarah unik di mana satu bangunan bisa dihuni hingga 1.000 orang,” tambah Harisson.
Bagi Harisson, Rumah Hakka tidak hanya menawarkan estetika dan sejarah, tetapi juga menjadi pusat pengetahuan dan edukasi bagi masyarakat setempat. Ia berharap bangunan ini dapat menarik wisatawan dari berbagai daerah, menjadi simbol kebersamaan, dan memperkuat semangat persatuan antar etnis di Kalimantan Barat.
“Rumah Hakka ini akan menjadi simbol kesatuan kita untuk semua etnis dan suku di Kalbar, yang bahu-membahu membangun provinsi ini,” harapnya.
Selain Harisson, peresmian tersebut juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting. Turut hadir dalam acara tersebut, Anggota Dewan Kehormatan Abadi Hakka Kalbar, tokoh nasional asal Kalbar Oesman Sapta Odang, mantan Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, M.H., mantan Wakil Gubernur Kalbar Ria Norsan, serta Pj. Ketua TP PKK Provinsi Kalbar, Ny. Windy Prihastari Harisson. Acara ini juga dihadiri oleh seluruh Ketua Perkumpulan Hakka se-Indonesia, menunjukkan pentingnya momen tersebut bagi komunitas Hakka di tingkat nasional.
Warisan Orang Hakka
Ketua Hakka Kalbar, Bong Kian Min, menjelaskan bahwa bangunan ini akan menjadi pusat budaya Hakka sekaligus museum yang menyimpan warisan sejarah dan budaya komunitas tersebut. “Bangunan ini selain menjadi pusat budaya Hakka, juga akan menjadi sekretariat dan tempat berkumpul bagi anggota Perhimpunan Hakka Indonesia (Perhakin) di Kalimantan Barat,” ungkap Bong Kian Min.
Tulou Kalbar yang terletak di Jalan Hakka, Kubu Raya ini menjadi yang kedua di Indonesia selain Tulou di Jakarta. Selain di Tiongkok, Rumah Adat Hakka kini ada di Jakarta dan Kalimantan Barat, tepatnya di Kubu Raya. Tentunya akan menjadi warisan budaya untuk generasi mendatang.
Sugeng Prananto, Ketua Umum Hakka Indonesia Sejahtera, turut hadir dan menyampaikan pesan penting tentang nilai historis bangunan tulou. Menurutnya, pada masa lalu, Tulou berfungsi sebagai bangunan pertahanan bagi orang-orang Hakka. “Saya berharap kekompakan dan ketahanan yang dulu menjadi ciri khas orang-orang Hakka dapat terus dihidupi, sebagai simbol nasionalisme dan kecintaan kita terhadap Indonesia,” tambahnya.
Proses Pembangunan
Proses pembangunan Rumah Hakka ini bukan tanpa tantangan. Ketua panitia pembangunan, Muchlis Supendi, mengungkapkan bahwa proyek ini memakan waktu tujuh tahun, diantaranya terhambat oleh pandemi COVID-19. Namun, semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas komunitas Hakka berhasil mengatasi berbagai kendala. “Dalam bahasa Hakka, kita dikenal dengan istilah ‘Hakka nyin jit thiau sim’, yang berarti orang Hakka satu hati,” jelas Muchlis.
Peletakan batu pertama dilakukan pada 27 September 2017, tepat pada penanggalan Imlek tanggal 8 bulan 8, pukul 08.00 WIB—sebuah waktu yang dipercaya membawa keberuntungan. Rumah Hakka ini dirancang oleh arsitek lokal, Hendy Lim, dan dibangun di atas lahan seluas 3.180 meter persegi, dengan luas bangunan mencapai 1.555 meter persegi. Total anggaran yang dihabiskan untuk proyek ini mencapai Rp 11,5 miliar.
Dalam peresmian ini, sesepuh komunitas Hakka menyebutkan bahwa tanggal dan waktu pelaksanaan, yaitu pada 9 bulan 9 pukul 9 dalam kalender Imlek, juga dipilih secara khusus. “Dalam bahasa Hakka, kita sebut sebagai ‘kiu kiu chong’, yang berarti abadi selamanya,” pungkas Muchlis, menggambarkan harapan agar Rumah Hakka ini tetap lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Kalimantan Barat.