INIBORNEO.COM, Paloh – Sebanyak 20 ribu tukik akan dilepasliarkan sepanjang Oktober–November 2025 di pesisir pantai Paloh, kecamatan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat yang berbatasan langsung Malaysia. Ini menjadi salah satu momen bulan pelepasan tukik terbanyak sepanjang sejarah konservasi penyu di wilayah tersebut.
Di balik pencapaian bersejarah ini, terdapat dedikasi tanpa henti Pokmaswas Kambau Borneo bersama masyarakat pesisir yang telah menjaga siklus hidup penyu selama lebih dari 12 tahun.
Sejak terbentuk pada tahun 2012 hingga saat ini ratusan ribu tukik telah dilepasliarkan. Pelepasliaran tukik adalah bagian dari upaya pengembalian populasi penyu yang kondisinya terancam punah.
Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Jefriden mengatakan, pelepasan tukik ini mengusung tema “Bulan Pelepasan Tukik Terbanyak”. Pria yang akrab disapa Long Ejep ini mengatakan metode pelepasliaran tukik sebanyak itu akan dilakukan secara bertahap selama empat pekan ke depan, menyesuaikan waktu penetasan tukik.
“20.000 ekor tukik ini akan kami lepasliarkan secara bertahap selama empat pekan kedepan. Setiap pekannya, masing-masing sebanyak 5.000 ekor,” katanya, Minggu (26/10/2025).
Upaya konservasi penyu di Paloh selama belasan tahun ini tampaknya mulai membuahkan hasil. Musim puncak peneluran penyu tahun 2025 (Juli – September) ini menunjukkan adanya peningkatan populasi penyu bertelur. Setidaknya terdapat 1157 ekor penyu mendarat di pantai Tanjung Api hingga Tanjung Kemuning (4 kilometer) dan 670 ekor diantaranya bertelur. Hal ini berarti dalam waktu 3 bulan, lebih dari 67.000 telur diinkubasi hanya di wilayah 4 kilometer dari 63 kilometer pantai peneluran penyu di kecamatan Paloh.
Umumnya tukik menetas dalam waktu 2 bulan. Penyu yang bertelur diperiode agustus dan September lalu diperkirakan akan menetas di bulan oktober dan November ini. Mengingat jumlahnya yang fantastis, diperkirakan lebih dari 20.000 tukik akan menetas dalam 1 bulan ini (pertengahan oktober – pertengan November) maka ini merupakan bulan tukik terbanyak selama perjalanan konservasi penyu di Paloh.
Pokmaswas Kambau Borneo berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Api dan Yayasan Sealife Indonesia, menyelenggarakan pelepasan ribuan tukik selama 4 minggu berturut-turut di Pantai Tanjung Api, Paloh.
Untuk pelepasliaran selanjutnya, direncanakan pada pekan depan yaitu tanggal 2 November 2025, 9 November 2025, dan ditutup pada 15 November 2025. “Untuk acara puncak pelepasan nanti, insya allah akan kami sertakan juga acara pesta rakyat,” terangnya.
Ejep menjelaskan, tukik-tukik yang dilepasliarkan tersebut merupakan hasil relokasi atau penetasan semi alami dari 670 ekor penyu selama bulan Juli hingga September 2025. Dari 670 ekor yang bertelur atau bersarang, yang berhasil direkolasi oleh Kambau Borneo sebanyak 34 ribu butir telur.
Ejep mengatakan rekolasi sarang atau telur penyu ini dilakukan untuk menghindari ancaman perburuan dan hewan predator, sekaligus untuk mempermudah pendataan serta wisata edukasi konservasi penyu di Tanjung Api.
Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Api, Muraizi mengatakan, kegiatan ini menjadi momentum untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa sekaligus sebagai destinasi wisata edukatif bagi masyarakat luas.
Sejak 2022, Pokdarwis Tanjung Api mengambil langkah inovatif dengan mengubah kawasan konservasi penyu menjadi wisata berbasis edukasi. “Kami sadar tidak bisa bergantung terus pada bantuan. Karena itu, kami ubah kawasan konservasi menjadi tempat edukasi supaya masyarakat bisa terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian,” ungkapnya.
Setiap pengunjung yang datang untuk melihat atau ikut melepas tukik, tidak dikenakan tiket masuk. Sebagai gantinya, mereka dipersilakan memberikan donasi sukarela yang kemudian digunakan untuk biaya operasional, seperti pakan penyu, perawatan fasilitas, dan kebutuhan penjaga pantai.
“Tidak ada retribusi, melainkan sistem donasi, agar tetap sesuai aturan, sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa kegiatan sosial seperti ini juga membutuhkan biaya,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa keberlanjutan pelestarian penyu tidak hanya bergantung pada kesadaran lingkungan, tetapi juga pada kesejahteraan para pengelolanya.
Meski berjalan dengan segala keterbatasan, semangat Pokdarwis Tanjung Api menjadi bukti nyata bahwa kepedulian masyarakat pesisir mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga ekosistem laut Kalimantan Barat dari ancaman kepunahan.
Dwi Suprapti dari Yayasan Sealife Indonesia mengatakan pelepasan tukik lebih dari 20.000 ekor ini terbilang rekor, bahkan angka ini melebihi rekor MURI tahun 2022 terkait pelepasan tukik terbanyak yang dilakukan di Bali sejumlah 15.000 tukik. Sehingga jumlah ini bukanlah angka yang sedikit, hal ini adalah pencapaian besar dari gerakan sosial masyarakat lokal Paloh.
Dwi juga menjelaskan bahwa pelepasan penyu memang sebaiknya menyesuaikan waktu penetasan, jangan dikumpulkan dan ditahan lebih dari seminggu karena akan menyebabkan Cadangan makanan alami (Yolk) ditubuh tukik menipis sehingga kematian dapat mengancam kehidupannya saat dilepasliarkan.
Pola-pola memelihara tukik dalam waktu lama, membesarkannya baru dilepasliarkan adalah pola yang kurang tepat. Untuk itu, Dwi mengapresiasi langkah yang dilakukan Pokmaswas Kambau Borneo yang tidak ambisius melepaskan tukik 20.000 sekaligus namun tetap disesuaikan dengan waktu penetasannya dan dibagi menjadi delapan periode pelepasan agar peluang hidup tukik lebih tinggi saat dilepaskan.
Langkah ini menurut Dwi juga sebagai upaya mencegah serangan predator dan kematian massal akibat pelepasliaran secara massal pada satu waktu dan satu tempat. Sehingga pelepasan tukik yang kebetulan menetas dalam jumlah ribuan ini perlu dibagi dalam beberapa waktu dan menyebar di sepanjang pantai di wilayah tersebut.
Menurut Dwi, keberhasilan yang dilakukan oleh Pokmaswas Kambau Borneo dan Pokdarwis Tanjung Api dalam upaya konservasi penyu di Paloh ini tentunya tidak terlepas dari dukungan panjang dari berbagai pihak baik Pemerintah Desa, Kabupaten hingga Pemerintah Provinsi juga dukungan dari berbagai NGO Konservasi, Akademisi, CSR Perusahaan maupun dukungan dari kelompok-kelompok Masyarakat lainnya.











