INIBORNEO.COM, Pontianak – Perubahan cara masyarakat mengakses informasi dinilai menjadi tantangan besar industri media pada 2025. Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Herik Kurniawan, menuturkan bahwa saat ini publik lebih banyak memilih membaca berita melalui ponsel pintar dibanding menonton siaran televisi secara langsung.
“Perubahan ini memengaruhi cara kerja media. Jurnalis tak bisa lagi hanya mengandalkan format siaran konvensional. Harus adaptif, mahir membuat reels, dan menguasai konten media sosial,” ujar Herik saat peringatan HUT ke-6 IJTI Kalbar, Sabtu (9/8/2025).
Ia mengungkapkan, hingga Mei 2025, tercatat sekitar 3.500 pekerja media kehilangan pekerjaan, baik di media nasional, digital, maupun televisi. Perubahan ini bukan hanya didorong oleh perkembangan teknologi, tetapi juga oleh pergeseran kepercayaan publik terhadap sumber informasi.
“Sekarang, di mata sebagian masyarakat, hampir tidak ada bedanya antara hoaks di media sosial dengan berita faktual. Tingkat kepercayaan terhadap media sosial justru sangat tinggi, bahkan melebihi media arus utama. Ini yang menjadi keresahan kami,” paparnya.
Meski demikian, Herik menegaskan bahwa IJTI akan terus berupaya membangun respons positif dan memastikan setiap karya jurnalistik memberi manfaat sosial.
“Kami harus selalu bercermin pada berita yang kami hasilkan. Apakah berita itu membawa dampak baik? Itu yang menjadi tolok ukur kami,” tegasnya.
Peringatan HUT IJTI kali ini dihadiri pengurus dan anggota dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, hingga perwakilan dari Sarawak, dan menjadi momentum untuk memperkuat komitmen jurnalis televisi dalam menghadapi perubahan lanskap media.