INIBORNEO.COM, Pontianak – Dalam rentang waktu 7 hingga 13 Juli 2025, sistem pemantauan SiPongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat sebanyak 519 titik panas (hotspot) tersebar di berbagai wilayah di Kalimantan Barat. Data yang dihimpun dari citra satelit milik NASA MODIS, SNPP, dan NOAA itu diakses pada Minggu (13/7/2025) pukul 19.00 WIB.
Dari sebaran yang tercatat, Kabupaten Sambas menjadi wilayah dengan jumlah hotspot tertinggi, yakni mencapai 193 titik panas. Menyusul di belakangnya adalah Kabupaten Ketapang dengan 67 titik, Bengkayang 50 titik, serta Sanggau dan Sintang masing-masing dengan 48 dan 43 titik.
Menurut klasifikasi dari SiPongi, tingkat kepercayaan hotspot dibagi dalam tiga skala, yaitu rendah (0–29), sedang (30–79), dan tinggi (80–100). Semakin tinggi tingkat kepercayaan sebuah titik panas, maka semakin besar pula kemungkinan bahwa titik tersebut merupakan indikasi nyata adanya kebakaran aktif di lapangan.
Berdasarkan prakiraan cuaca yang dirilis oleh BMKG Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat, curah hujan pada periode Dasarian II (11–20 Juli 2025) diprediksi berada dalam kategori rendah hingga menengah, dengan kisaran curah hujan antara 20-75 mm/das. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan Barat sedang mengalami fase kering, yang berpotensi meningkatkan risiko kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan.
Sifat hujan selama periode ini umumnya diprediksi berada pada kategori bawah normal hingga normal. Meski demikian, terdapat pengecualian di sebagian wilayah Kabupaten Ketapang yang diperkirakan akan mengalami sifat hujan atas normal.
Dengan tren curah hujan yang cenderung menurun, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap berkurangnya ketersediaan air serta meningkatnya potensi munculnya hotspot, khususnya di daerah-daerah rawan. Sejumlah kabupaten/kota yang disebut perlu siaga terhadap kondisi ini antara lain Sambas, Singkawang, Bengkayang, Landak, Kubu Raya, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Melawi.