INIBORNEO.COM, Pontianak — Memperingati 27 tahun reformasi, Kolektif Komunitas Zine Pontianak menggelar kegiatan refleksi yang dikemas secara kreatif melalui pembuatan zine atau sebuah publikasi independen berskala kecil yang sering digunakan sebagai medium ekspresi alternatif. Kegiatan ini digelar di Kedai Mini Joy, Sabtu, 24 Mei 2025.
Zine, yang dikenal dengan formatnya yang fleksibel dan murah, biasanya berisi karya seni, opini, puisi, atau cerita pendek. Dalam kegiatan ini, zine menjadi sarana bagi para peserta, khususnya anak-anak muda, untuk mengekspresikan pandangan dan refleksi mereka terhadap sejarah reformasi Indonesia.
Lulu, salah satu partisipan dalam kegiatan tersebut, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya mengangkat konflik sebagai wajah reformasi, tetapi juga mencoba mengajak generasi muda untuk menggali akar penyebab dari konflik-konflik tersebut.
“Salah satu yang diangkat adalah bagaimana kebijakan-kebijakan di era Orde Baru, khususnya masa Soeharto, memberikan dampak jangka panjang, termasuk munculnya konflik etnis seperti yang pernah terjadi di Kalimantan Barat,” ujarnya.
Sebelum sesi pembuatan zine, peserta terlebih dahulu mendapat pengantar dari dua narasumber, yakni Andy Yentriani dan Sentot, yang dikenal sebagai pegiat Hak Asasi Manusia (HAM). Pengantar ini bertujuan untuk memberikan kerangka berpikir dan pemahaman awal bagi peserta agar dapat menuangkan refleksi mereka dengan lebih mendalam dan kontekstual.
Kegiatan ini merupakan inisiatif kolektif yang melibatkan berbagai komunitas, organisasi, dan individu. Beberapa di antaranya sebelumnya telah terlibat dalam kegiatan serupa, seperti kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, di mana zine juga digunakan sebagai medium kampanye yang efektif dan inklusif.
