INIBORNEO.COM, URS Business Notes – Jika perusahaan Anda mengalami pertumbuhan konsisten melalui terapan sistem yang baku, maka Anda memerlukan pemimpin yang menjaga agar sistem itu terus bekerja.
Misalnya Anda memiliki toko busana muslim. Anda sudah memahami tentang apa yang harus dilakukan agar toko Anda berjalan baik, tumbuh dan kontinu.
Buka toko tepat waktu.
Lakukan morning briefing karyawan setiap pagi, dipimpin oleh manager store.
Pastikan semua barang available dan terdisplay dengan baik.
Siapkan uang receh kembalian yang cukup di kasir dan pastikan koneksi pembayaran merchant non tunai baik.
Pastikan outlet dalam keadaan bersih.
Setiap buyer yang melakukan transaksi dituntun untuk jadi member toko. Dapat diskon.
Lakukan japri WA ke list member toko, ajak ngobrol dan tawarkan produk baru.
Begitu seterusnya. Itu contoh beberapa poin sistem yang tinggal dijalankan. Sehingga, selama semua poin-poin operasional itu dijalankan, bisnis akan bertumbuh.
Sekali lagi, di situasi dimana bisnis Anda sudah dapat menemukan jalan bertumbuh, maka semua hal tersebut tinggal dijalankan, Anda butuh pemimpin bisnis yang birokratif, taat sistem, pandangan lurus kedepan.
Situasi pandemi memporak-porandakan sistem yang Anda bangun. Cara manusia hidup berubah, begitu juga dengan cara manusia memenuhi kebutuhan dirinya.
Beberapa hari terakhir linimasa diramaikan dengan pemberitaan bisnis-bisnis besar yang terancam pailit. Bahkan salah satu perusahaan yang terancam pailit adalah : Pizza Hut.
Kurang tersistem apalagi Pizza Hut. Kurang standard gimana lagi operasionalnya. Jangan ajari ikan berenang. Mungkin itu yang akan kita sampaikan pada Konsultan Sistem Operasi yang mau ngajarin Pizza Hut.
Ini bisnis yang membuktikan kontrol standard pada 500 outlet lebih. Dengan masakan yang kaya varian, tidak sederhana, kompleks, dan Pizza Hut melalui itu semua.
Namun fakta hari ini : terancam pailit. Situasi berat.
Itulah yang saya maksud dengan “sistem lama sedang runtuh”, maka Anda tidak bisa hanya sekedar menjalankan SOP, karena semua prosedur tidak akan bekerja jika semesta bisnisnya sudah berubah.
Di situasi pandemi seperti saat ini, tak jarang saya menemukan obrolan naif di sosmed dan juga grup WA :
“Semua sudah kami jalankan, kami ikuti prosedur kerja yang ada, disiplin, kurang kerja keras apalagi? Tapi gak ada dampak”.
Anda disiplin buka toko, tapi trafficnya memang gak ada. Area wisata tempat dimana toko Anda sudah kehilangan pengunjung.
Anda disiplin menjapri pelanggan, tapi produk Anda tersier. ZARA menutup 1.200 gerainya di seluruh dunia. Terasa banget market lebih milih survive dulu ketimbang belanja baju baru.
Anda kedisiplinan keluar masuk uang, itu gak salah, wajib. Tapi uang masuknya gak ada. Apa yang mau dicatat?
Maka pada saat sistem lama sudah runtuh seperti ini, Anda bukan lagi butuh kepemimpinan birokratif taat sistem, yang Anda butuhkan adalah PEMIMPIN REVOLUSIONER.
Di dunia manajemen bisnis, kami mengenal dua tipe CEO. Kategorisasi besar CEO yang memudahkan para owner dan komisaris perusahaan untuk memilih, mana yang sekiranya tepat untuk perusahaan mereka.
Tipe pertama adalah CEO birokratif. Pemimpin bisnis tipe ini adalah tipe pemimpin yang taat sistem, berfikir teratur, runut, sangat menjaga alur kordinasi, baku dan bahkan kaku.
Tipe pertama ini sangat dibutuhkan pada perusahaan yang membutuhkan irama kestabilan kerja. Kami sering menyebutnya dengan “Pemimpin Penjaga Sistem Operasi”, tugasnya adalah menjaga agar semua berjalan sesuai manual book.
Tipe kedua adalah CEO revolusioner. Tipe kedua ini berfikir acak, imajinasinya tinggi, cara pandangnya gak punya batas, borderless, relatif gak mau ngikutin pakem, selalu tertarik pada inovasi.
Tipe kedua ini biasanya dipakai oleh perusahaan yang mau turn arround. Jika sebuah perusahaan sudah mentok, biasanya “orang gila” yang diminta memimpin, karena orang waras sudah menyerah semua.
Ya memang biasanya begitu, ketika situasi mulai menggila, kewarasan gak akan cukup untuk menjawabnya, Anda butuh kegilaan yang terukur.
Mas Wawan Sambel Layah Group memimpin 120 lebih cabang Restoran. Sahabat baik yang juga guru kami ini mengalami hantaman saat pandemi. Jelas lah, restoran terpukul karena traffic berkurang.
Sejatinya beliau memang Leader yang revolusioner. Fikiran selalu berkembang jauh ke depan. Maka segeralah Sambel Layah create produk yang bisa bergerak tanpa outlet.
Lahirlah Bumbu Ireng Yu San, ratusan ribu botol terjual. Seluruh organisasi arah geraknya di REVOLUSI :
“Ayo jangan cuma ngarep dari pengunjung restoran, ayo kita ke jualan bumbu, olahan makanan kemasan”.
Karena gayanya revolusioner, ya gak pake lama, gak pake studi panjang-panjang berbulan-bulan, jebret, langsung diputuskan, langsung jalan.
Itu makna dari Revolusioner, kalo perubahan cepat begini dipimpin CEO birokratif, walah…. Keburu pailit baru sadar.
Ini bukan iklan ya…. Kami gak dibayar apa-apa sama Bumbu Ireng. He he he… Alami aja. Contoh kasus.
Masuk di bagian akhir, ketika situasi pandemi seperti ini membuat sales perusahaan Anda mentok, maka Anda harus “nyetel” hati dan fikiran Anda, bertransformasi dari leader birokratif ke leader yang revolusioner.
Kondisi dunia yang bergerak ke “normal baru”, ya cara menghadapinya tentu baru, gak bisa pake cara lama.
Berita buruknya, mental birokratif itu senangnya sama cara lama, sudah zona nyaman melakukan operasional yang itu-itu saja, gak mau ambil resiko untuk memulai hal baru, jadilah bisnis Anda mandeg.
Hari ini kita butuh PEMIMPIN REVOLUSIONER. (r-papiadjie)