INIBORNEO, Sintang – Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) akan mendokumentasikan upaya Kabupaten Sintang dalam menjaga kelestarian lingkungan dan hutan. Sedikitnya ada lima lokasi yang akan dilakukan pengambilan gambar oleh tim ini. Hasilnya akan digunakan untuk memperkenalkan Sintang kepada kabupaten lain di seluruh Indonesia.
“Hasil video akan digunakan untuk memperkenalkan Sintang kepada kabupaten lain di seluruh Indonesia. Kami akan berusaha memanfaatkan tiga hari efektif untuk pengambilan gambar di Sintang. Rencana akan ada lima lokasi yang akan kami ambil gambarnya,” ungkap Fifi Abriany, Communication Officer LTKL Jakarta, Rabu (3/10).
Fifi menyampaikan, Sintang merupakan salah satu kabupaten yang menginisiasi terbentuknya Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Terlibatnya Kabupaten Sintang sebagai pencetus berdirinya LTKL,menurutnya dikarenakan adanya komitmen kabupaten ini untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan.
“Kami sudah melakukan shooting di Kabupaten Sigi dan Siak. Inovasi kabupaten anggota LTKL dalam menjaga lingkungan dan hutan menjadi sasaran kami. Hasil video akan digunakan untuk memperkenalkan Sintang kepada kabupaten lain di seluruh Indonesia,” terangnya.
Beberapa pengambilan gambar yang akan dilakukan, lanjut dia, yakni Ensaid Panjang khusus pada pewarna alam tenun ikat Dayak. Dokumentasi dalam bentuk video itu diperkirakan aka berdurasi satu sampai dua menit untuk satu lokasi.
“Jadi nanti akan ada lima video tentang Kabupaten Sintang,” katanya.
Masukan untuk pembuatan video tersebut pun diutarakan oleh sejumlah pihak. Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sintang, Erwin Simanjuntak menjelaskan, di Ensaid Panjang tidak hanya pewarna alami tenun ikat yang sudah dikenal, melainkan juga pembuatan baju dari kulit kayu dan kerajinan anyaman. Tim LTKL menurutnya dapat mendokumentasikan apa saja yang kerajinan yang dihasilkan di sana.
Di samping itu, tim LTKL juga dapat mendokumentasikan terobosan di sektor pertanian. Di Desa Merpak misalnya, ada kelompok tani perempuan yang membangun demplot pengembangan beras merah dan beras Hitam. Iik Sri Januarsih dari Gemawan menjelaskan pihaknya saat ini masih fokus pada pengembangan padi.
“Kami juga komitmen untuk menggiling padi dengan bekisar. Padi hasil petani binaan kami tidak boleh giling padi dengan mesin melainkan dengan alat tradisional bekisar,” terangnya
Masih di Desa Merpak,ada pula pengembangan green village. Billy dari Soldaridad menjelaskan saat ini di desa tersebut sedang dibangun zero mass water yang digunakan untuk mengambil air dari embun. Air ini dapat dikonsumsi masyarakat.
“Satu panel bisa produksi lima liter air per hari. Di Desa Merpak kami pasang lima panel. Dengan alat ini, semakin kemarau semakin banyak airnya. Rencananya pada 19 Oktober akan diresmikan operasional peralatan zero mass water ini,” sarannya.
Sementara itu Kepala Bidang Ekonomi pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sintang, Widian Sukri menegaskan komitmen Pemkab Sintang dalam menjaga 59 persen hutan yang masih ada saat ini. Konsep Sintang Lestari pun, oleh Pemerintah terus digalakkan. “Konsep kabupaten lestari bisa kita terapkan sampai 10 tahun ke depan,” terang Widian.