INIBORNEO, Sintang – Wahana Visi Indonesia akan membangun infrastruktur air bersih dan sanitasi di 25 Desa di Kabupaten Sintang. Penambahan sarana tersebut diharapkan dapat menekan angka stunting, mengingat angkanya di kabupaten ini masih cukup tinggi.
“Program penyediaan air bersih dan sanitasi ini, kami rencanakan berlangsung kurang lebih satu tahun di Sintang sehingga akan berkahir Juli 2019 nanti. Pada tahap ini, kami melaksanakan program di Kecamatan Sepauk, Sungai Tebelian, Tempunak, Kelam Permai, dan Kecamatan Kelam Permai masing-masing lima desa sehingga total 25 desa,” sebut Pimpinan Wahana Visi Indonesia, Margareta Siregar, saat Project Launching dan Workshop Safe Drinking Water Treatment (SDWT) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAMRT) di Aula Dinas Kesehatan, Selasa (2/10).
Kabupaten Sintang hingga saat ini masih menghasilkan persoalan dasar baik itu di bidang kesehatan, kemiskinan, hingga ketahanan Pangan. Bupati Sintang Jarot Winarno menuturkan daya beli masyarakat masih kurang, sehingga berpengaruh pada pemenuhan asupan gizi serta kemampuan mereka dalam menerima pelajaran-pelajaran di sekolah. Hal ini pun diakuinya diperparah dengan sanitasi dan lingkungan masih buruk.
“Sanitasi dan lingkungan buruk menyebabkan asupan makanan menjadi tidak berkualitas. Juga menyebabkan usus kecil tidak berfungsi dengan baik dalam mengolah makanan karena usus kecil hanya sibuk melawan bakteri yang disebabkan sanitasi yang kurang baik. Akibatnya terjadi diare dan stunting,” ungkap Jarot.
Sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor penentu kesehatan seseorang. Duta Stanting Kabupaten Sintang, Kartiyus menyebut 20 persen kesehatan manusia dipengaruhi oleh kelayakan sanitasinya. Saat ini, kata dia satu dari lima orang Indonesia masih buang air besar secara sembarangan. Karena itulah sanitasi yang baik juga harus didukung perilaku sosial yang baik.
“Saat ini dari 100 bayi di Sintang, 44 di antaranya terkena stunting,” sebutnya.
Korelasi antara sanitasi dengan sunting kata dia, sangat tinggi. setiap daerah yang sanitasinya rendah, menurutnya memiliki angka stuntingnya juga tinggi. Serawai dan Nanga Tebidah misalnya, mencatatkan angka sunting yang paling tinggi lantaran kedua kecamatan tersebut sanitasinya masih rendah.
Adapun untuk ketersediaan air bersih, Sintang masih menghadapi persoalan tersebut. Padahal indikator sanitasi yang layak adalah ketersediaan air bersih. Sumber-sumber air, terutama sungai Kapuas menurut Jarot, kondisinya sudah tidak terlalu bisa diharapkan lagi, mengingat statusnya yang sudah tidak terjamin mutu dan keamanannya. Karena itu pula, dia mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan air sungai tersebut sebagai kebutuhannya sehari-hari.
“Sebagai solusinya, maka kami bekerja keras untuk memanfaatkan Bukit Saran sebagai penyuplai air bersih bagi masyarakat Kota Sintang. Selain itu, di bebebrapa tempat, program penyediaan air minum berbasis masyarakat terus dikerjakan. Ada juga proyek perpipaan air bersih terus kita bangun,” sebut Jarir
Masalah air bersih dan kelayakan sanitasi ini pun menjadi salah satu konsen Pemkab Sintang agar segera dituntaskan. Karenanya, ditahun 2019 nanti, ada lima mantra pembangunan di kabupaten sintang. Kelima mantra tersebut, sebut Jarot, adalah menurunkan angka kemiskinan, memperbaiki dan menambah sanitasi, menyediakan air bersih, membangun infrastruktur dasar dan mulai membangun energi terbarukan.
“Semua kemampuan tenaga, dana dan pikiran kita curahkan untuk lima mantra ini,” ucapnya.
Kartiyus menambahkan, agar dapat menekan angka sunting, maka perlu adanya kampanyekan pencegahan stunting sebagai sebuah investasi jangka panjang. Pihaknya memiinta kepada pemerintahan desa agar memperbaiki sanitasi dan menyediakan air bersih, melalui pendanaan melalui ADD.
“Saya yakin kalau semua desa bisa merespon program ini, maka dampaknya sangat luar biasa. Kita sudah dorong penguatan pencegahan stunting pada desa dan kampung yang angka suntingnya tinggi,” tambah Kartiyus.
Sementara itu, terkait program pembangunan sarana air bersih dan sanitasi oleh Wahana Visi Indonesia, Pemkab Sintang, dikatakan Jarot, sangat menyambut baik adanya program tersebut. Pihaknya pun berharap di program selanjutnya, bantuan pengadaan sarana air bersih dan sanitasi jumlahnya dapat ditingkatkan.
“Saya minta dan berharap ke depan bisa ditambah lagi jumlah desa dan kecamatan. Kalau tahun ini ada 25 desa di lima kecamatan. Berikutnya bisa 100 desa di 10 kecamatan. Kami dukung penuh program ini karena sanitasi dan air bersih merupakan 42 persen penyebab stunting,” harapnya.
Melalui program pembangunan sarana air bersih dan sanitasi ini, besar harapan agar terjadi penurunan angka diare serta mencegah stunting. Wahana Visi Indonesia mengapresiasi respon Pemkab Sintang dalam program yang digodok ini. Margareta menuturkan, Pemkab Sintang sangat konsen dengan persoalan gizi terutama pencegahan stunting.
“Untuk itulah kami ingin turut membantu Pemkab Sintang dengan membantu penyediaan akses air bersih dan sanitasi. Kita juga terus bantu kampanyekan stop buang air besar sembarangan dan cuci tangan dengan sabun,” pungkas Margareta