Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang berpeluang untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) disamping itu juga diharapkan dengan pengembangan kawasan wisata dapat berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat didalam kawasan. Kota Pontianak yang terus melakukan pembenahan khususnya infrastruktur yang menunjang sektor pariwisata dengan dibangunnya taman-taman kota seperti di Bundaran Tugu Digulis UNTAN, Taman Akcaya kota baru, kawasan keraton pontianak, tepian sungai kapuas dan kawasan tugu khatulistiwa menjadikan potensi wisata kota semakin bergeliat.
Salah satu potensi lain yang berpeluang untuk dikembangkan adalah terdapatnya sekelompok warga yang mengembangkan usaha kerajinan tenun di Kelurahan Batulayang. Lokasinya yang masih berada di dalam Kota Pontianak yaitu di Gang Sambas Jaya dan Sambas Mandiri Kelurahan Batu Layang, terletak diantara dua situs besar antara lain Kawasan wisata Tugu Khatulistiwa dan Makam kesultanan Pontianak di Batu Layang yang dapat dijangkau baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat menjadikan lokasi ini strategis untuk menjadi kawasan wisata kota.
Kawasan yang melingkupi 3 RT yaitu RT 2, 3 dan 4 di RW 15 Kelurahan Batu Layang ini terbilang cukup banyak memiliki potensi yang layak dikembangkan sebagai kampung wisata khususnya wisata tenun, dimana terdapat 17 Rumah yang memiliki alat tenun bukan mesin dimana pada satu rumah bisa terdapat lebih dari satu alat tenun.
Beberapa potensi lain yang ada dilokasi antara lain terdapat kerajinan tangan dari manik-manik, berbagai jenis pengembangan kue tradisional seperti keripik rengginang berbahan dasar ubi, grubi, onde-onde, cucur dan beragam kue tradisional lainnya.
Salah satu dukungan didapat dari Perguruan Tinggi melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berupa pendampingan yang dilakukan oleh Tim PKM Iptek Bagi Pengembangan Produk Unggulan Daerah (IbPUD) Universitas Tanjungpura dan Politeknik Negeri Pontianak yang bersumber dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, warga didalam lokasi mendapatkan beberapa kegiatan penguatan kapasitas berupa pelatihan antara lain : Pelatihan motivasi usaha, pelatihan menganik, pelatihan teknik kombinasi warna, pelatihan diversifikasi produk, pelatihan pembukuan, pelatihan internet marketing atau pemasaran berbasis IT serta pendaftaran Hak Cipta, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan pelaku kerajinan tenun untuk pengembangan produk dan menyambut pasar yang lebih besar juga diharapkan dapat mendukung persiapan lokasi sebagai kawasan wisata dengan ikon yang diangkat berupa tenun corak insang.
“Kami melakukan pendampingan di lokasi ini karena melihat potensi yang besar dalam pengembangan produk tenun khususnya corak insang sebagai produk unggulan daerah serta pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata, ditahun 2017 ini kami memberikan beberapa kegiatan yang diharapkan dapat membantu warga dalam upaya pengembangannya dan kami rencanakan kerjasama ini akan dilanjutkan untuk tahun 2018 hingga 2019 pasca kegiatan monev yang akan dilakukan oleh Tim Kemristekdikti, semoga harapan warga untuk menjadikan kampung mereka sebagai kampung wisata dapat terwujud” ungkap Husna Amalya Melati, Dosen FKIP UNTAN selaku ketua tim PKM IbPUD.
Corak insang merupakan motif yang ditetapkan sebagai motif khas yang dijadikan salah satu ikon Kota Pontianak. Pengembangannya dapat dilihat dari produksi pakaian yang berbahan kain bermotif corak insang, produk kerajinan seperti tas, anyaman atau terlihat juga dibeberapa bagian di Kota Pontianak dilakukan pengecatan menggunakan motif corak insang baik di Pot bunga, bak sampah, gapura atau dinding bangunan.
Pengembangan corak insang juga menjadi tujuan dasar pengembangan produk dan kawasan wisata di batu Layang ini, dengan menjadikan Kerajinan Tenun bermotif corak insang sebagai magnet utama pengembangan kawasan.
Kolaborasi dan dukungan dalam pengembangan lokasi ini telah terlihat dari pertemuan di Kantor Bappeda Kota Pontianak beberapa waktu lalu tepatnya hari kamis tanggal 14 september 2017 yang dipimpin langsung oleh Kepala Bappeda Kota Pontianak dan dihadiri stake holder terkait seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata, Dinas Koperasi, perindustrian dan perdagangan, Dinas Komunikasi dan informatika, Badan ekonomi kreatif kota Pontianak (Be Kraf), lurah batu Layang, camat pontianak utara, Bank Pasar, Inkubator Bisnis Bank Indonesia, Inkubator Bisnis FEB UNTAN, tim KOTAKU dan beberapa institusi lainnya.
Pertemuan yang diinisiasi oleh Bussines Development Center (BDC) Zamrud Khatulistiwa dari Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) tersebut berdampak positif dalam pencapaian tujuan pengembangan produk serta kawasan kampung wisata tenun khatulistiwa dimana didalamnya tercetus komitmen dukungan dan kesiapan berkolaborasi dalam pengembangannya.
Kepala Bappeda dalam kesempatan tersebut menyatakan apresiasi serta antusias untuk mendukung ide pengembangan kampung wisata.
“Saya berharap Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa menjadi Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) di Kota Pontianak dimana hingga saat ini telah terdapat 22 ODTW dan diharapkan Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa menjadi ODTW ke-23 yang ada di Kota Pontianak ke depan. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi pendukung agar pengembangan produk Tenun bermotif Corak Insang dapat pula menjadi salah satu Produk Unggulan Daerah yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga, pelestarian tradisi menenun serta menambah PAD bagi Kota Pontianak” Ungkapnya.
Pasca Kolaborasi aksi pengecatan yang juga telah dilakukan beberapa waktu lalu tepatnya pada hari minggu tanggal 24 September 2017 di Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa Gang Sambas Jaya Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara, warga yang juga telah membentuk organisasi pengelola yang dinamakan lembaga pengelola Kawasan Kampung Wisata tenun Khatulistiwa terus melakukan koordinasi dan beberapa langkah aksi untuk pengembangan tempat tinggal mereka untuk dicanangkan sebagai kawasan wisata di Kota Pontianak.
“Mungkin belum banyak yang tahu bahwa di Kota Pontianak ini ternyata terdapat satu daerah yang warganya mengembangkan kerajinan tangan tenun menggunakan alat tenun manual/tradisional” ungkap mustafa ketua RW 15 kelurahan batu layang.
“Iya, mungkin banyak yang tahu kalo di Kabupaten Sambas ada kerajinan tenun songket, di kabupaten sintang, Kapuas hulu ada tenun ikat dayak, namun siapa yang telah tahu bahwa di dalam Kota Pontianak juga ada warga yang mengembangkan usaha tenun dirumah-rumahnya? Inilah yang menjadi permasalahan sekaligus peluang yang diharapkan dapat dikembangkan kedepan, saya berharap seluruh komponen dapat mendukung harapan kami selaku masyarakat untuk mengembangkan potensi yang kami miliki, dan kami siap bekerjasama baik bersama pemerintah kota, dunia usaha, perguruan tinggi maupun kelompok peduli lainnya yang bersedia menjadi mitra kami” tutup mustafa.
Baca : http://suarapemredkalbar.com/berita/ponticity/2017/09/25/motif-corak-insang-membalut-kampung-tenun