INIBORNEO, Pontianak – Program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) diharapkan mampu menjawab persoalan permodalan untuk usaha dengan skala mikro. Program dari pemerintah yang disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) ini, juga akan menyasar kalangan rumah tangga yang membutuhkan penghasilan tambahan. Tidak sedikit, penerima pinjaman modal adalah ibu rumah tangga.
Salah seorang di antara penerima pinjaman modal itu adalah Susana. Ibu rumah tangga yang menjual kue kering dan kue lapis ini, mengaku terbantu dengan adanya bantuan pembiayaan UMi. Jika sebelumnya ia memperoleh modal dari pinjaman dari siapa saja, termasuk bantuan dana dari sang suami, saat ini ia telah mengandalkan UMi. Karena ia tidak terlalu memproduksi banyak kue, serta bergantung pada pesanan orang, maka modal yang ia butuhkan tidak terhitung kecil.
“Saya dapat pinajaman sebesar 2 juta, dengan setorannya, seminggu Rp50 ribu. Pengembalian modal ini tidak terlalu sulit, karena terjangkau,” ungkap Susana.
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kalimantan Barat, Sahat, dalam kegiatan Sosialisasi Pembiayaan Ultra Mikro yang digelar Rabu (14/11), mengatakan, UMi merupakan program pemerintah untuk menjangkau usaha mikro, yang kesulitan mendapat modal dari perbankan. Dalam menjalankan program ini, pemerintah menunjuk tiga lembaga yang menyalurkan pembiayaan UMi, antara lain, PT Pegadaian, PT Bahana Artha Ventura, serta PT Permodalan Nasional Madani.
“Hari ini, PT PNM yang melakuan inisiasi untuk melakukan sosialisasi pembiyaan ultra mikro,” katanya.
Sahat mengakui, program tersebut, lebih banyak diikuti oleh kaum perempuan, yang rata-rata berstatus ibu rumah tangga. Meski demikian, dia berharap melalui intervensi permodalan ini, usaha yang dirintis oleh mereka juah lebih berkembang, bahkan naik kelas.
“Semoga nantinya dari mikro naik ke kecil, selanjutnya menengah, sehingga pembiayaannya bisa meningkat levelnya,” katanya.
Dia menjelaskan, bantuan modal ini mengenakan bunga yang sangat kecil, lantaran sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dengan begitu, pengembalian pinjaman tidak terlalu besar. Di sisi lain, pihaknya juga memberikan pendampingan kepada pelaku usaha, agar usaha yang dibangun tidak jalan ditempat, atau bahkan mengalami gulung tikar.
Anggota DPR RI Dapil Kalbar, Michael Jeno, menegaskan bahwa program UMi, bertujuan untuk meningatkan kesejahteraan rakyat, terutama untuk level mikro. Program yang menyasar level terbawah ini, diharapkan dapat menekan angka kemiskinan serta mampu menyerap tenaga kerja dan menekan angka pengangguran. Dia pun menilai, program ini menjadi upaya dari pemerintah untuk selalu hadir di tengah masyarakat pada level apapun.
“Jika ekonomi makro kita tingkatkan melalui kualitas infrastruktur dan regulasi yang berpihak serta di level menengah kami kucurkan KUR dengan bunga 9 persen bahkan turun menjadi 7 persen, maka dilevel mikro, kami keluarkan Umi. Semua segmen kita garap, sehingga semua lapisan dunia usaha bisa bergerak,“ jelasnya.
Sehingga, lanjut dia, ketahanan, kualitas, dan pertumbuhan ekonomi negara ini, khususnya di Kalbar semakin baik. Begitupun dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang ada saat ini dapat ditekan.
Di sisi lain, hadirnya UMi, menjadi solusi untuk menambah penghasilan rumah tangga. Jeno pun tak mempermasalahkan jika UMi dimanfaatkan oleh banyak ibu rumah tangga, guna membantu perekonomian keluarga.
“Ini bisa menjadi penghasilan tambahan bagi keluarga, selain mengisi waktu, ibu-ibu bisa membuat usaha seperti makanan, maupun kerajinan, sehingga ekonomi rumah tangga semakin kuat,” pungkasnya.