Pontianak – Hari pemilihan kepala daerah akhirnya tiba. Sedari pagi, masyarakat sudah memenuhi TPS-TPS dan melakukan pencoblosan hingga pukul 13.00. Tak terkecuali TPS 34 dan TPS 35 yang merupakan tempat pemungutan suara untuk warga binaan Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Pontianak.
Kasak-kusuk para narapidana sudah terdengar sejak TPS dibuka. Para napi yang memiliki hak suara, terlihat berkumpul di dekat papan informasi di pojok Aula Lapas. Di papan tersebut, tertempel gambar pasangan calon berikut nomor urut pasangan calon yang bisa dipilih. Ada 3 lembar leaflet yang tertempel di papan itu. Gambar 3 pasangan calon Gubernur Kalbar, gambar 3 pasangan calon untuk pemimpin Kabupaten Kubu Raya dan satu lembar lagi, lembar visi dan misi masing-masing calon gubernur. Mereka tampak khusuk membaca lembar visi dan misi calon gubernur Kalbar yang tertera disitu.
Menurut Kepala Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Pontianak, Farhan Hidayat, sebagian besar napi tidak mengenal figur pasangan calon Gubernur maupun Bupati yang tertera di papan itu.
” Jadi seperti memilih kucing dalam karung. Mereka tidak tahu mau memilih siapa. Mereka tidak memiliki gambaran seperti apa dan bagaimanamasing-masing pasangan calon itu. Hanya berbekal dari yang mereka baca di lembar visi misi, atau dari kerabat yang mengunjungi mereka dan sebagian kecil yang nonton tv, mungkin tahu dari televisi,” ungkap Farhan.
Sebelumnya, tambah Farhan, tidak ada sosialisasi apapun masuk ke pihak lapas. Hanya ada sosialisasi dari KPU tentang tata cara pemilihan. Padahal jumlah DPT di Lapas ini lumayan banyak untuk mendongkrak suara salah satu pasangan calon.
Verifikasi data dari KPU menyebutkan ada 396 warga binaan yang memiliki hak pilih dalam bilik suara. Jumlah ini ditetapkan oleh KPU dari hasil verifikasi data terhadap 948 napi yang ada disana.
Meski tidak memiliki gambaran ataupun mengenal figur para calon pasangan kepala daerah ini, namun sebagian besar warga lapas mengharapkan pemimpin yang akan terpilih nantinya, dapat membawa kesejahteraan dan memimpin dengan jujur.
Seperti yang dikatakan Joni M Yusuf (41), selain mengharapkan perhatian dari pemerintah akan nasib para napi di Lapas ini, ia juga menginginkan pemimpin yang terpilih tidak hanya janji-janji saja.
“Bekerja yang jujur. Jangan hanya janji-janji saja. Bekerja sesuai dengan visi dan misi yang sudah dilontarkan,” ucapnya.
Begitu pula harapan Andri Maulana (29) yang ditahan karna kasus narkoba. Ia menyayangkan tidak adanya sosialisasi profil dan figur calon pemimpin yang ikut Pilkada ini. Ia mengaku mencoblos berdasarkan orang yang sering dilihat dan didengarnya dari media. Meski tidak mengenal kepribadian calon, ia berharap pemimpin yang baru bisa lebih memperhatikan warga lapas. Ia meminta revisi PP 99 terkait remisi masa tahanan pada napi.
“Lebih longgar peraturannya untuk memberikan remisi. Kemudian bisa membawa Kalbar lebih maju dan pro rakyat,” ujarnya.
Sama keinginannya dengan Andi Felani (36). Laki-laki yang divonis 17 tahun penjara ini, berharap gubernur baru bisa lebih memperhatikan rakyat miskin. Membuka lapangan pekerjaan yang banyak serta kesejahteraan merata untuk semua warga Kalbar.
“Kalau figur, saya cuma tau dari nonton televisi saja,” ujarnya.
Ahmad Safei yang divonis 12 tahun penjara juga berharap pembangunan dan infrastruktur bisa terus ditingkatkan oleh Gubernur baru.
“Saya harapkan pemimpin ke depannya lebih meningkatkan kinerjanya dalam pembangunan. Membantu masyarakat miskin dan memberikan kesejahteraan untuk masyarakat,” harapnya.