Bagaimana Media Memotret Femisida?

  • Share

INIBORNEO.COM, Pontianak – Setiap hari, sekitar 137 wanita dibunuh oleh anggota keluarganya sendiri. Statistik yang dikeluarkan PBB ini mengungkap isu femisida yang merajalela, yaitu pembunuhan perempuan dan anak perempuan berdasarkan jenis kelamin mereka. Persinggungan antara gender dan kekerasan menjadi aspek penting dari femisida, dan sikap masyarakat terhadap perempuan serta kekerasan berbasis gender berkontribusi terhadap prevalensinya.

Kurangnya visibilitas femisida di media berperan penting dalam kesalahpahaman mengenai masalah ini. Media membentuk persepsi dan sikap publik, namun ketika femisida tidak dilaporkan secara khusus, sulit bagi masyarakat untuk memahami luasnya masalah ini. Menurut PBB, 87.000 perempuan dibunuh dengan sengaja pada tahun 2017, menjadikan femisida sebagai krisis global. Media perlu memprioritaskan peliputan femisida guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik, yang bisa mengarah pada tindakan pencegahan yang lebih besar.

Beberapa mungkin berpendapat bahwa femisida bukanlah masalah signifikan, namun statistik dan penelitian menunjukkan bahwa ini adalah isu serius yang memengaruhi perempuan di seluruh dunia. Kurangnya pendidikan dan kesadaran akan isu-isu gender tidak boleh menjadi alasan untuk ketidaktahuan. Pendidikan yang komprehensif tentang isu-isu gender perlu diprioritaskan di institusi pendidikan dan media.

Media memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, termasuk mengenai femisida. Sayangnya, studi UNESCO menunjukkan bahwa media sering gagal melaporkan femisida secara konsisten dan komprehensif, atau menggunakan bahasa yang tepat. Kurangnya liputan ini menyebabkan kurangnya pemahaman dan pengenalan istilah femisida.

Terbatasnya liputan media tentang femisida juga berkontribusi pada normalisasi kekerasan terhadap perempuan dalam budaya patriarki. Hal ini melanggengkan keyakinan berbahaya bahwa kekerasan terhadap perempuan bukanlah masalah serius. Oleh karena itu, media harus memprioritaskan peliputan femisida dan menggunakan istilah ini secara konsisten.

Ketua Divisi Gender Disabilitas Sosial dan Inklusi Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, Caroline, menyatakan bahwa ada beberapa tips yang bisa dilakukan media untuk meliput femisida.

“Meliput kasus femisida cenderung berisiko dan sedikit rumit, namun ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh jurnalis. Beberapa diantaranya adalah investigatif, human interest, analisis kebijakan, aspek penyerta serta menyoroti komunitas dan sosial,” tuturnya.

Ketua Divisi Gender Disabilitas Sosial dan Inklusi Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, Caroline

Caroline menjelaskan bahwa investigatif digunakan untuk menggali lebih dalam jaring atau praktik tersembunyi di balik motif pembunuhan terhadap perempuan. Metode ini menggunakan data dan dokumen yang bisa mengungkap fakta tersembunyi. Sedangkan human interest digunakan untuk mengambil fokus pada informasi yang bisa mengungkapkan kasus, tanpa menyentuh personal atau privasi korban maupun keluarganya sehingga tidak terjadi revictimasi. Hal ini juga bisa membangun empati pembaca melalui narasi yang mendalam dan personal.

“Analisis kebijakan artinya jurnalis bisa menulis berdasarkan analisis kritis terhadap kebijakan yang ada dan rekomendasi untuk perubahan. Untuk mendukung metode ini, jurnalis bisa mewawancarai ahli hukum dan pembuat kebijakan,” jelasnya.

Kemudian, dalam tulisan, jurnalis bisa pertegas dengan konteks keadilan gendek dan isu keamanan perempuan serta konteks sosial budaya, yang mana norma-norma patriarki dan struktur kekuasaan memungkinkan untuk memfasilitasi terjadi femisida.

Terakhir, Ia juga menuturkan bahwa menyoroti upaya komunitas lokal bisa membantu melawan praktik femisida.

Pemahaman tentang femisida sangat penting dalam mengatasi kekerasan berbasis gender. Kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang isu-isu gender, terbatasnya liputan media, dan normalisasi kekerasan terhadap perempuan semuanya berkontribusi pada kesalahpahaman tentang femisida. Dengan meningkatkan pendidikan, mempromosikan liputan media yang lebih baik, dan menantang norma-norma patriarki, kita dapat menciptakan masyarakat yang menghargai dan menghormati hak-hak dan keselamatan semua individu, terlepas dari jenis kelamin. Sangatlah penting untuk mengambil tindakan guna mengatasi femisida dan menciptakan dunia yang lebih setara dan adil.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *