INIBORNEO.COM, Pontianak – Desa Mekar Raya, Kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang memiliki potensi alam yang banyak seperti Bukit Gunung Juring, Air Terjun Bangka, Air Terjun Tamiang dan Air Terjun Bejangkar. Potensi alam tersebut ingin di manfaatkan oleh masyarakat untuk memajukan desa mereka.
“Potensi-potensi ala mini menjadi sumber kekayaan yang ada di Desa Mekar Raya dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat banyak,” kata Toni, Kepala Desa Mekar Raya.
Beberapa potensi yang saat ini telah dikembangkan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) adalah produk air mineral dari sumber mata air Juring. Selain itu, beberapa lokasi yang memang sudah dikenal juga dikembangkan menjadi tempat wisata air terjun.
Yogi, salah satu anggota Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), menyatakan bahwa beberapa hambatan yang dialami oleh masyarakat desa Mekar Raya yakni akses ke lokasi wisata air terjun.
“Beberapa lokasi yang menjadi akses mesti perlu dikembangkan lagi. Semoga saja nanti ke depannya pihak desa bisa mengembangkan akses-akses tersebut agar mempermudah para pengunjung dari luar untuk datang ke sana berkreasi,” tuturnya.
Yogi juga melanjutkan bahwa desa diberi kewenangan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai hak kelola untuk mengelola hutan desa yang memiliki potensi. Selain potensi sumber daya alam, ada juga potensi buah-buahan yang terdapat di lokasi Tembawang dan potensi pengembangan anyaman yang difasilitasi oleh Tropenbos.
“Banyak potensi-potensi yang memang sudah ada di desa Mekar Raya, cuman belum ditata semaksimal mungkin seperti misalnya potensi kopi masyarakat, kemudian petani-petani sayuran,” ungkap Yogi.
Salah satu pengrajin anyaman, Cambang Cornelia, mengatakan bahwa pemasaran produk anyaman terbilang cukup sulit dan tergantung musim.
“Biasanya waktu musim panen padi atau musim panen durian. Kadang kita bikin dan simpang di ata gitu, ketika ada yang mau beli baru kita kasih,” ucapnya.
Wanita yang sudah menganyam sejak umur 10 tahun tersebut bermimpi bahwa kedepannya ingin membuat produk anyaman semakin banyak untuk masa depan anak-anak nanti.
Toni menyatakan bahwa pemerintah desa sangat mendukung adanya potensi alam di desa Mekar Raya. “Kami sudah berkordinasi untuk pengajuan infrastruktur dan tempat rumah singgah,” katanya.
Yayasan Sangga Bumi Lestari melihat bahwa penting untuk mendukung perhutanan sosial melalui peraturan-peraturan desa, anggaran pendapatan desa bahkan perhutanan sosial harus menjadi bagian dari Bumdes. Ketika hal itu dikelola dengan baik dan benar, maka bisa menjadi sumber pendapatan asli desa dan menyejahterakan masyarakat.
“Bagaimana caranya perhutanan sosial kemudian bisa menjadi pembangunan desa maka yang paling pertama kami lakukan adalah datang ke desa dan berdiskusi dengan pengurus desa dan pengurus LDPH untuk melihat apa yg sudah terjadi saat ini. Dan kenyataanya, di satu, dua desa seringkali terjadi bahwa hutan dan Pembangunan desa tidak terintergrasi dan tidak menjadi satu bagian program bersama,” ungkap Ronny Christianto, Perwakilan Yayasan Sangga Bumi Lestari.
Perhutanan sosial disiapkan oleh pemerintah untuk diakses oleh desa-desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Akan tetapi dalam prakteknya, perhutanan sosial penting untuk terintegrasi dalam pembangunan desa. Oleh sebab itu, Yayasan Sangga Bumi Lestari datang ke desa dan berdiksusi bersama masyarakat desa untuk memikirkan dan merancang masa depan yang lebih baik melalui perhutanan sosial dan pembangunan desa.
Selaku kepala desa, Toni bersyukur dan berterima kasih dengan kehadiran Yayasan Sangga Bumi Lestari yang bisa membuat desa Mekar Raya lebih maju dan lebih terfokus dalam pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih. Semoga ini menjadi acuan bagi desa kami agar kedepannya bisa lebih maju, lebih mandiri dan berkembang menjadi lebih baik,” tutup Toni.