INIBORNEO.COM, Pontianak – Dalam rangka memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022, World Federation of the Deaf (Federasi Tuli Dunia) menggelar seminar di Hotel Neo Gajahmada, Pontianak, pada Minggu (25/9). Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta, yang terdiri dari 51 orang Tuli, 6 orang dengar, dan 3 orang tua dari komunitas Tuli.
Seminar yang mengangkat tema “Bahasa Isyarat Menyatukan Kita” ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya bahasa isyarat sebagai alat komunikasi inklusif. Figo, Ketua West Borneo Deaf Community (WBDC), yang juga menjadi salah satu peserta, menyampaikan harapannya agar masyarakat lebih memahami peran bahasa isyarat.
“Saya berharap masyarakat bisa lebih menyadari bahwa kemampuan berbahasa isyarat dapat menyatukan komunikasi antar Tuli di lingkungan sosial,” ujar Figo dalam sambutannya.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Suzandeleni, Kepala Seksi Promosi Pariwisata, Amiruddin Thamrin, Manager Hotel Neo Gajahmada Pontianak, Anang Santosa, Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, serta M. Imran Juliar, Ketua DPD Gerkatin Provinsi Kalimantan. Seminar berlangsung selama empat jam, dengan pembicara utama Laura Lesmana Wijaya, Ketua PUSBISINDO Jakarta dan Aktivis Tuli Pontianak.
Untuk memfasilitasi komunikasi antara peserta Tuli dan dengar, seminar ini juga menghadirkan tiga penerjemah bahasa isyarat, yaitu Irfan Fahmi, Ahdha Sartika, dan Ajeng Sri Sundari.
“Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi komunitas Tuli untuk saling berbagi dan memperkuat komunikasi, serta menekankan pentingnya dukungan sosial dari masyarakat luas,” ungkap Laura dalam diskusinya.
Dengan adanya kegiatan ini, Figo dan komunitas WBDC berharap akan ada lebih banyak masyarakat yang peduli dan belajar bahasa isyarat, sehingga komunikasi yang inklusif dapat terwujud di lingkungan sosial maupun profesional.(*)