Berikut Prospek Iklim Dasarian Kalbar 21 Juli 2018
PONTIANAK – UPT BMKG Kalimantan Barat memprakirakan curah hujan di wilayah Kalimantan Barat pada dasarian ke depan (21-31 Juli 2018) diprakirakan berkisar antara 40 – 80 mm/dasarian dan lebih rendah dari normalnya. Dengan demikian masih ada potensi kemunculan titik panas.
“Massa udara bergerak dari tenggara-selatan yang mana bersifat kering dan lebih cepat 1-2 m/s dari biasanya. Pada awal dan akhir periode dasarian depan diprakirakan terjadi hujan dengan intensitas ringan-sedang, namun jeda hujan diantara kedua periode tersebut cukup dominan,” jelas Wandayantolis, Kepala UPT BMKG Kalbar, Sabtu (21/7).
Kondisi ini, kata dia, memberi indikasi pada penurunan curah hujan dasarian depan, sehingga masih ada potensi kemunculan titik panas hingga. Suhu udara di wilayah Kalimantan Barat pada 10 hari ke depan diprakirakan lebih tinggi 0.2 – 0.5 ºC dari biasanya berkisar antara 25.0 hingga lebih dari 35.0ºC. Untuk itu dia berharap masyarakat dapat lebih mewaspadai terjadinya peningkatan suhu udara dan asap di sekitar wilayah terpantau titik api akibat adanya jeda hujan.
Selama 10 hari terakhir, pengamatan dari UPT BMKG Kalbar mencatat arah angin dominan dari arah Tenggara hingga Selatan, dengan kecepatan angin lebih tinggi dari 2-4 m/s dari rata-ratanya. Kecepatan angin terbesar 9 m/s (Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak). Adapun suhu udara menyimpang sebesar 0.4 – 0.8ºC dari rata-ratanya. Suhu udara tertinggi sebesar 36.3°C (Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak). Sedangkan curah hujan berkurang 30 – 50 mm/dasarian dari rata-ratanya.
“Hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat tidak terjadi hujan hingga saat updating pada tanggal 20 Juli 2018. Curah hujan pada tanggal 11-20 Juli 2018 sebesar 0-19 mm/dasarian,” katanya.
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yang dapat dijelaskan melalui kondisi (1) ENSO dinyatakan netral hingga akhir tahun, demikian halnya dengan dipole mode sehingga faktor dinamika atmosfer yang lainnya lebih berpengaruh. (2) Anomali suhu muka laut lebih rendah dari normalnya, potensi produktivitas uap air dan awan menjadi berkurang.(3) Terdapat sistem angin bertekanan rendah (Tropical Storm Ampil) di Laut Cina Selatan sehingga menyebabkan masa udara tertarik ke wilayah tersebut. Pada 10 hari terakhir, titik panas mulai muncul di wilayah Kalimantan Barat, berdasarkan pantauan terdapat 762 lokasi titik panas (akumulasi 10 hari).