*Curah Hujan Berkurang
PONTIANAK – UPT BMKG wilayah Kalimantan Barat memprediksi selama lima hari ke depan (6-10 Mei 2018) curah hujan akan berkurang. Masyarakat diimbau untuk wasda kemunculan hotspot dan penurunan cadangan air di wilayah Kalimantan Barat terutama di wilayah pesisir.
“Curah hujan berkurang lima hari ke depan atau pada 6 hingga 10 Mei 2018, maka perlu untuk mewaspadai munculnya hotspot dan penurunan cadangan air di wilayah Kalbar terutama di wilayah pesisir,” ungkap Wandayantolis, selaku Kepala UPT BMKG wilayah Kalimantan Barat, Minggu (6/5).
Berkurangnya curah hujan, kata dia, bahkan dapat bertahan lebih lama. Kondisi ini didukung oleh kondisi yang sama dengan periode 1-5 April 2018. Selain itu, juga didukung oleh prediksi spasial anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang menunjukkan dominasi wilayah kering yang berdampak pada pengurangan pembentukan awan dan hujan yang terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.
Secara umum curah hujan di wilayah Kalbar pada 6 hingga 10 Mei 2018, diprakirakan berkisar antara 20- 70 mm. Curah hujan wilayah pesisir dan bagian utara Kalbar diprakirakan lebih rendah dibanding wilayah hulu. Suhu udara di wilayah Kalbar pada 5 hari ke depan diprakirakan berkisar antara 25 hingga lebih dari 34 derajat Celcius.
Adapun kondisi iklim di Kalbar berdasarkan pengamatan dari UPT BMKG Kalimantan Barat, kata dia, terpantau bahwa selama periode 1-5 Mei 2018 arah angin dominan dari arah timur laut hingga tenggara. Kecepatan angin terbesar yakni 68 km/jam dengan suhu udara tertinggi 35.2 derajat Celsius dan terendah 21.4 derajat Celsius. Sedangkan kelembapan udara tertinggi 100 persen dan terendah 50%, serta curah hujan 0-120 mm/hari.
Curah hujan pada 5 hari terakhir di wilayah Kalimantan Barat pada umumnya menurun. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yang dapat dijelaskan melalui kondisi ENSO yang dinyatakan netral hingga akhir tahun, sehingga faktor dinamika atmosfer lainnya lebih berpengaruh. Demikian pula halnya dengan dipole mode, yang mana anomali suhu muka laut lebih rendah dari normalnya, sehingga potensi produktivitas uap air dan awan menjadi berkurang. sedangkan gerak angin ( streamline ), terdapat tekanan udara rendah di perairan utara, sehingga mengakibatkan massa udara di Kalimantan Barat tertarik ke wilayah tersebut.
“Juga terdapat pusaran tertutup Eddy, namun terletak di wilayah perairan Selat Karimata dan wilayah Kalimantan Barat bagian selatan juga tepat berada pada posisi netral yang berarti pembentukan awan dan hujan menjadi berkurang,” paparnya.
Mengingat adanya potensi terhadap munculnmya hotspot ini, untuk itu dia berharap masyarakat mewaspadai terhadap potensi suhu udara yang memanas hingga lebih dari 34 derajat Celcius, terutama bagi yang akan melakukan kegiatan di lapangan atau di luar ruangan.