Nadila, Generasi Muda Sinar Kuri Raih Penghargaan di Colombia

  • Share
Pemuda Desa Sinar Kuri berhasil raih penghargaan bergengsi di Colombia lantaran angkat isu sulitnya air bersih di kampung halamannya. (Foto: Dok Tropenbos)

INIBORNEO.COM, Pontianak – Aprianti Nadila, generasi muda yang berasal dari Desa Sinar Kuri, menerima Penghargaan Irene Dankelman sebagai tokoh Young Feminist tanggal 22 Oktober 2024 di Cali, Colombia. Penghargaan ini diterima pada rangkaian acara Conference Of Parties on Biological Biodiversity (COP CBD 16) di kota Cali, Colombia, tepatnya di gedung Chambers of Commerce, Cali.

Irene Dankelman merupakan seorang tokoh ecofeminist berasal dari Belanda yang mendedikasikan hidupnya untuk perempuan, penyelamatan lingkungan dan masyarakat. Meskipun telah wafat, beliau tetap dikenang melalui pemberian penghargaan kepada para tokoh perempuan muda di seluruh dunia yang berkontribusi untuk masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan.

Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity atau COP CBD 16 atau Konferensi Tingkat Tinggi Keanekaragaman Hayati, adalah sebuah forum yang mempertemukan negara-negara di dunia untuk berdiskusi mengenai masa depan bumi. Ada lebih dari 190 negara berpartisipasi dalam COP CBD 16 yang berlangsung sejak tanggal 21 Oktober hingga 1 November 2024 di Cali, Colombia. Kegiatan ini mempertemukan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi pemerhati, masyarakat adat, bisnis, kelompok orang muda, masyarakat sipil, dan akademisi.  

Aprianti Nadila atau biasa dipanggil Dila merupakan pemuda Desa Sinar Kuri, Kecamatan Sungai Laur, Kabupeten Ketapang, Kalimantan Barat. Ia merupakan salah satu dari tiga penerima penghargaan yang mewakili Asia. Selain itu, Maria Colombia Soto Pito mewakili Amerika Latin, dan Maria Christina Colo mewakili Afrika. Ketiganya terpilih untuk menerima penghargaan ini berkat upaya mereka dalam menjaga lingkungan, memberdayakan perempuan, dan mendukung masyarakat.

Aprianti Nadila, pemenang penghargaan Irene Dankelman (Foto: Anty)

Dila mengaku bahwa tulisan mengenai keresahannya terhadap sulitnya mendapat air bersih di kampung halamannya merupakan tulisan pertamanya. Debit air di desanya dinilai tidak cukup untuk menyokong kegiatan sehari-hari warga dan walaupun harus berpindah dam, dana dari desa sendiri tidak mencukupi. Dila sendiri mulai menuliskan isu tersebut lantaran tergabung dalam jurnalisme warga di Desa Sinar Kuri. Tulisannya mendapat perhatian dari Tropenbos Indonesia dan berhasil mengantarkannya meraih penghargaan di Colombia.

“Tidak menyangka juga bisa dipanggil ke Colombia, karena sebenarnya saya tidak tahu ada lomba seperti ini, tiba-tiba aja jadi sedikit kaget sebenarnya,” kata Dila ketika ditemui dikediamannya, pada Selasa 12 November 2024.

Berkesempatan mendapat penghargaan karena usahanya untuk membantu masyarakat yang masih berupaya pengadaan air bersih di desa Sinar Kuri melalui perannya sebagai BPD bersama Pemerintah Desa. Realisasi pelaksanaan penyediaan air bersih tersebut memang belum maksimal karena membutuhkan pendanaan yang cukup besar.

“Disana saya mendapat banyak pengalaman dan wawasan baru. Ternyata dibelahan dunia lain juga banyak anak muda yang berjuang untuk bumi ini. Harusnya anak Indonesia juga memiliki semangat juang yang sama,” tutur perempuan yang memiliki hobi bermain futsal tersebut.

Hadiah yang diterima Dila berupa uang 5000 euro yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan lanjutan di desanya seperti memperbaiki infrastruktir jaringan dan pipa. Selain itu, Ia juga mengatakan akan menggunakan sebagian hadiah untuk membangun Pos Wisata Desa Sinar Kuri. Menurutnya, wisata di Sinar Kuri memiliki potensi besar, terutama bukit Sinar Kuri yang biasanya digunakan untuk mendaki.

“Saya kasihan melihat wisatawan yang datang ke desa, terutama yang ingin mendaki ke bukit Sinar Kuri, mereka kebingungan untuk mencari pusat informasi wisatanya.”

Hal ini juga Ia kordinasikan ke Pokdarwis dan mendapat respon yang baik. Selain membuat pos wisata, Dila juga akan membuat mading informasi, peraturan dan pendamping untuk mendaki. Tujuannya pun agar hutan dan bukit di desa masih bisa terjaga walaupun didatangi wisatawan.

“Karena sebagai anak muda sudah wajib untuk menjaga hutan, karena siapa lagi yang akan menjaga?” lanjut Dila.

Dila tergabung dalam program GLA2.0 oleh Tropenbos Indonesia. Program ini bertujuan untuk meningkatan kapasitas perempuan melaui FPAR (Feminist Partisipatory Action Research) yang mana perempuan diajak untuk melibatkan keberadaan dirinya didalam struktur sosial masyarakat, mengidentifikasi kebutuhan dan perannya baik sebagai pribadi maupun didalam keluarga dan komunitasnya, memetakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi terkait akses dan kontrol terhadap sumber daya sosial maupun sumber daya alam termasuk hutan, mempelajari relasi kuasa didesanya dalam konteks perempuan dan hutan berkaitan dengan patriarki dan globalisasi, mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi dan memikirkan solusi dan cara penangannya.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *