INIBORNEO.COM, Pontianak – Rencana peresmian proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan pada 17 Desember 2025 dinilai menjadi tonggak penting menuju kemandirian energi nasional. Akademisi lintas disiplin ilmu menilai kilang terbesar di Indonesia ini akan menjadi faktor strategis dalam mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan memperkuat swasembada energi.
Pakar Ekonomi Universitas Tanjungpura (Untan), Meiran Panggabean, menyebut RDMP Balikpapan mampu menopang hingga 25 persen kebutuhan BBM nasional, khususnya solar dan avtur. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan beralih menuju kemandirian energi.
“Kilang itu karya kita, jadi harus kita dukung. Sudah saatnya kita melangkah menuju kemandirian energi,” kata Meiran dalam diskusi bertajuk Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran dari Sudut Pandang Energi di Pontianak, Jumat (21/11/2025).
Meiran juga menilai pengembangan RDMP Balikpapan menunjukkan keberlanjutan pembangunan lintas pemerintahan, karena proyek ini telah menjadi bagian dari roadmap investasi pada era Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, dengan Bahlil Lahadalia sebagai motor penggerak.
“Pemerintah melanjutkan yang sudah ada, bukan mulai dari nol. Itu menunjukan efisiensi biaya dan kontinuitas pembangunan,” tambahnya.
Pakar kebijakan publik Untan, Erdi, menyebut keberhasilan proyek strategis ini juga menjadi cerminan kecermatan Presiden Prabowo dalam memilih jajaran menteri yang kompeten, khususnya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang dinilai memiliki kinerja menonjol dalam menjalankan agenda energi nasional.
“Prabowo tidak melihat siapa orangnya, tetapi melihat kinerjanya. Selama kompeten, ikhlas, dan loyal mengabdi, itu cukup. Bahlil adalah contoh nyata,” kata Edri.
Pakar energi Untan, Kiki Priyo Utomo, menambahkan bahwa kemampuan Kilang Balikpapan memenuhi kebutuhan solar dan avtur nasional bukan sekadar klaim, tetapi realistis karena didukung studi kelayakan teknis yang kuat. Ia juga menyoroti kebijakan mandatori B50 yang diyakini akan membuat Indonesia surplus solar dan menekan emisi.
“Dengan penambahan biofuel, emisi pembakaran bisa lebih rendah sehingga lebih bersih secara operasional,” tambahnya.
RDMP Balikpapan, yang dikelola PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), menelan investasi sebesar US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp 126 triliun. Dengan kapasitas olahan minyak mentah 360 ribu barel per hari, kilang ini akan mengungguli Kilang Cilacap dan menjadi yang terbesar di Indonesia.
Produksi BBM diklaim bakal melonjak signifikan menjadi 339 ribu barel per hari, setara dengan 53,9 juta liter per hari. Komposisinya terdiri dari bensin 142 ribu barel per hari, solar 156 ribu barel per hari, dan avtur 41 ribu barel per hari. Produksi non-BBM juga meningkat, termasuk LPG menjadi 384 KTPA dan propylene 225 KTPA.
Dengan kapasitas sebesar itu, kilang ini diharapkan tak hanya mengurangi impor, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia menuju negara mandiri energi dan berdaulat secara ekonomi.











