INIBORNEO.COM, Pontianak — Kedekatan perempuan dengan isu-isu lingkungan tidak hanya berasal dari perspektif gender, namun juga dalam upaya melindungi lingkungan itu sendiri. Salah satu contohnya, perempuan Dayak Iban yang menggunakan hasil alam seperti tengkawang untuk menjadi pewarna alami kain tenun mereka.
“Kalau bicara peran, ternyata perempuan sangat memegang peran kunci terkait dengan pengelolaan sumber daya alamnya, kemudian di dalam lingkungan itu sendiri,” kata Sri Haryanti, aktivis FAMM pada 11 Juli 2024 dalam kegiatan Lokakarya Jurnalis Perempuan Kalbar.
Ia juga mengatakan bahwa maraknya pembangunan di Kalimantan sendiri perlu dilihat berapa banyak perempuan yang dilibatkan.
“Karena kalau kita lihat, banyak peran-peran perempuan di dalam pengelolaan sumber daya alam tetapi masih kurang dilibatkan untuk mengambil keputusan seperti meminta persetujuan untuk pembangunan di wilayah mereka,” ungkapnya.
Jurnalis Lingkungan, Aseanty Pahlevi, menyebutkan bahwa kelekatan lingkungan dengan kehidupan sehari-hari membuat perempuan menjadi kelompok paling terdampak ketika pengelolaan sumber daya alam itu timpang.
“Harus ada aksi afirmasi atau mendorong untuk melibatkan perempuan dan peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam,” tegasnya.
Selain menjadi pengelola sumber daya alam, perempuan sering kali diremehkan saat terlibat langsung dalam upaya menjaga lingkungan. Namun, stigma ini berhasil dipatahkan oleh The Power Of Mama, sebuah kelompok perempuan tangguh di Ketapang, Kalimantan Barat, yang berperan aktif dalam memadamkan kebakaran lahan. Meski sempat dicibir, kelompok ini gigih dan mampu membuktikan bahwa perempuan juga bisa mengerjakan tugas yang biasanya didominasi oleh laki-laki.
The Power Of Mama lahir dari keprihatinan terhadap kebakaran hutan dan lahan yang kerap melanda wilayah mereka. Kebakaran ini tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga kesehatan dan keselamatan warga setempat. Berbekal semangat dan tekad yang kuat, para perempuan ini menjalani pelatihan pemadaman kebakaran serta keterampilan mitigasi bencana. Mereka mempelajari penggunaan alat pemadam, teknik membuat sekat bakar, dan berkoordinasi dengan tim pemadam kebakaran lainnya.
Di lapangan, The Power Of Mama menunjukkan keberanian dan ketangguhan luar biasa. Mereka bekerja dalam kondisi yang sangat menantang, seperti panas menyengat dan asap tebal. Namun, tekad mereka untuk melindungi lingkungan dan komunitas tak pernah surut. Keberhasilan mereka dalam memadamkan kebakaran lahan tidak hanya menyelamatkan banyak hektar hutan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya di seluruh Indonesia.
Dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat semakin mengalir setelah melihat kontribusi nyata dari The Power Of Mama. Selain membantu dalam situasi darurat, kelompok ini juga aktif dalam program pencegahan kebakaran dan edukasi lingkungan. Mereka mengadakan sosialisasi tentang pentingnya menjaga hutan dan melibatkan lebih banyak anggota komunitas dalam upaya konservasi.
Kisah The Power Of Mama membuktikan bahwa ketika perempuan diberi kesempatan dan dukungan, mereka bisa menjadi agen perubahan yang efektif dalam pelestarian lingkungan. Perjuangan mereka mematahkan stereotip gender dan menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama, tanpa memandang jenis kelamin. Dengan semakin banyak perempuan yang terlibat dalam kegiatan lingkungan, harapan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan semakin cerah.