INIBORNEO.COM, Pontianak – Pusat Studi Agraria Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (PSA LPPM IPB) bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura menggelar Seminar Nasional dengan tema “Strategi Percepatan Desa Membangun dan Penguatan Tata Kelola Sawit di Kalimantan Barat, Selasa (21/2). Dalam Seminar tersebut PSA LPPM IPB merilis hasil studinya tentang peran perkebunan sawit dalam meningkatkan status Indeks Desa Membangun (IDM).
Penelitian ini bertajuk ‘Studi Analisis dan Strategi Pengembangan Ekosistem Kawasan Lingkungan Berbasis IDM: Pendekatan Tekno-partisipatif, Studi Komparasi Kasus Desa di Sekitar Perkebunan Sawit’. Kegiatan studi ini dilakukan di empat desa yang berada di sekitar perkebunan sawit PT. Kartika Prima Cipta/ KPC, yakni Mantan, Menapar,Tanjung Harapan, Semitau Hulu di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
Hasil penelitian ini menunjukkan keragaman besarnya kontribusi aktivitas ekonomi sawit pada pendapatan rumahtangga masyarakat, baik dari aktivitas budidaya maupun non budidaya. Rata-rata kontribusi ekonomi sawit pada pendapatan rumahtangga empat desa kasus di Kapuas Hulu antara 4-68%. Selain itu, desa-desa tersebut secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan meningkat atau terjadi peningkatan status desa.
Studi ini juga menganalisis korelasi untuk melihat derajat kontribusi perusahaan, pemerintah dan masyarakat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis IDM. Pada kasus di Kapuas Hulu, terdapat korelasi positif dan signifikan antara kontribusi perusahaan di Desa Mantan dengan peningkatan skor indeks kesejahteraan rumah tangga, meskipun korelasi terkategori lemah. Sementara tidak terdapat korelasi signifikan antara kontribusi perusahaan di ketiga desa lainnya yakni Menapar, Tanjung Harapan dan Semitau Hulu.
Terkait korelasi tersebut, Bayu Eka Yulian selaku Kepala PSA LPPM IPB University sekaligus Ketua Tim Studi mengatakan bahwa, desa-desa lainnya bukan berarti berhenti pada hasil yang tidak ada korelasi signifikan melainkan belum mencapai korelasi seperti yang terjadi di Desa Mantan, Kecamatan Semitau.
“Apa yang terjadi ini bisa menjadi benchmark sekaligus pembelajaran bagi perusahaan sawit lainnya, tentu dengan memperhatikan keunikan lokal,” ucap Bayu.
Diakhir penelitian, peneliti memberikan beberapa sejumlah saran. Salah satunya adalah mendorong program CSR yang berorientasi pengembangan usaha-usaha ekonomi berkelanjutan tanpa mengesampingkan kebutuhan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan pemerintah desa, dimana hal pertama yang dilakukan adalah mendengarkan kebutuhan masyarakat yang umumnya dilakukan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa dan Kecamatan dan mensinergikan program CSR dengan perencanaan pembangunan desa.
Peneliti juga menyarankan bahwa, pendekatan program CSR perusahaan yang dilakukan di Kapuas Hulu melalui kelembagaan P3M (Pusat Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat) menjadi salah satu alternatif kelembagaan agar kontribusi perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat desa semakin tinggi dan mendukung peningkatan IDM.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji meminta CSR perusahaan sawit agar diarahkan pada program yang mendorong terpenuhinya indikator-indikator IDM yang dapat meningkatkan status desa. Upaya untuk kenaikan status desa itu dilakukan dengan menyasar langsung kepada pemenuhan 54 indikator yang terbagi menjadi indeks sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Dia mengatakan bahwa Kalbar berhasil meningkatkan status desa dalam beberapa tahun terakhir. “Dari yang awalnya satu desa berstatus mandiri, naik menjadi 586 desa mandiri hingga saat ini,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Masyarakat Agro Maritim IPB University, Prof Ernan Rustiadi, dalam sambutannya menyatakan bahwa desa-desa sekitar perusahaan perkebunan sawit skala besar menjadi perhatian khusus tim dari PSA IPB, karena perusahaan perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu entitas bisnis yang berada di dalam atau sekitar desa memiliki tanggung jawab sosial, ekonomi, dan lingkungan terhadap peri kehidupan desa.
“Kehadiran perusahaan sawit diharapkan mampu mengakselerasi pembangunan desa,” katanya.-