Apapun yang viral, pasti menyedot perhatian dunia. Yang viral itu, tak mestilah tokoh yang sering nongol di tivi. Tak harus pula mereka yang punya jabatan atau ilmu sakti. Siapa pun bisa jadi terkenal bak selebriti. Buah kerja dari kekuatan magis media sosial yang oleh sang netizen dikuasai.
Kali ini Si Bocah Pelintas Batas Negara, Nursaka, menjadi perhatian khalayak ramai. Bocah delapan tahun tersebut baru-baru ini menjadi perbincangan hangat warganet. Ia bahkan mencuri perhatian orang nomor wahid di Indonesia, Joko Widodo.
Asal tahu saja, tidak selamanya yang viral itu mendatangkan kerugian. Seperti yang dialami oleh Saka, sapaan akrab Nursaka. Gara-gara ulah Kantor Imigrasi Kelas II Entikong, Kalimantan Barat, bocah ini mendapatkan hadiah dari Jokowi. Seperti biasa, RI 1 ini menghadiahkan satu unit sepeda untuk bocah itu. Bukan karena dia bisa menjawab pertanyaan Jokowi tentang lima nama ikan atau lima nama pulau di Indonesia. Melainkan karena dia bersekolah di Indonesia, tanah air tercinta.
Bukannya ada puluhan juta anak bersekolah di negeri ini ya? Lantas apa yang membedakan Saka? Netizen sejati pasti sudah tahu. Saka tidaklah berdomisili di tanah air. Keluarganya, memilih tinggal di Tebedu, Sarawak, Malaysia. Wilayah itu berbatasan langsung dengan Entikong, Kalimantan Barat, Indonesia.
Tinggal di luar negeri kok sekolahnya di dalam negeri sih? Ketika ada yang masih berbangga diri lantaran bisa mengenyam pendidikan di luar negeri, maka hal itu berbeda dengan anak pasangan Sudarsono dan Julini ini. Dia lebih memilih sekolah di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Sanggau, Kalbar. Tepatnya di SD Negeri 03 Sontas, Kecamatan Entikong.
Setiap hendak bersekolah, bocah kelas III SD ini harus melintasi perbatasan dua negara: Malaysia-Indonesia, Tebedu-Entikong. Sendiri, tanpa ditemani orangtuanya. Sekitar pukul 06.00 WIB ia berangkat dari rumah menggunakan angkutan umum milik negeri Jiran. Sesampainya di Border Tebedu, ia berjalan kaki ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong. Perjalanannya ini memakan waktu sekitar 15 menit. Kemudian dia akan melalui pemeriksaan di PLBN Entikong kira-kira lima menit.
Saka sudah dibekali dokumen Kartu Lintas Batas (KLB), yang merupakan pengganti paspor, khusus diperuntukkan bagi warga di sekitar perbatasan. Karena aktivitas itu sudah rutin ia lakoni hampir tiga tahun lamanya, petugas PLBN Entikong pun telah mengenalnya.
Seusai pemeriksaan, ia melanjutkan perjalanan ke sekolahnya dengan menggunakan ojek. Jarak PLBN Entikong dengan sekolahnya di Sontas, sekitar lima kilometer. Perjalanannya itu menghabiskan waktu sekitar 10 menit. Jadi berapa lama perjalanan Saka dari rumah ke Sekolah? Ya, sekitar setengah jam.
Saat ditanyai mengapa dia memilih sekolah di Indonesia, bukan di negara tetangga, dia pun menjawab dengan keyakinan pasti. “Karena saya warga Indonesia,” ujarnya singkat, sebagaimana penulis lansir dari laman kompas.com.
Saat pulang sekolah, Saka pun mestinya was-was. Pasalnya ia sangat bergantung dengan kendaraan milik orang lain. Jika ada kendaraan warga yang kebetulan melintas dan hendak menuju Jiran, maka beruntung baginya karena bisa mendapatkan tumpangan. Karena itulah, kadang sepulang sekolah ia harus menunggu di PLBN Entikong, sembari berharap ada tumpangan gratis. Beruntung saja, beberapa petugas PLBN Entikong yang sudah mengenalinya kerap membantu.
Sebab itu pula, besar harapan Saka aga memiliki kendaraan sendiri. Yakni sepeda. Harapan itu pun ia sampaikan kepada RI 1. Lewat beberapa media yang mewawancarainya, ia bilang ingin sepeda dari Bapak Jokowi.
Siapa yang tidak tahu kekuatan media? Ditangan para netizen, berita itu menjadi viral sedemikian rupa. Judul beritanya pun bermacam-macam. Sampai ada yang unik, hingga membuat penulis ter-kikik. “Syahrini Kalah dengan Bocah Nursaka, Setiap Hari ke Luar Negeri”. Begitu judul di salah satu situs berita daring.
Harapan pun terkabul. Utusan Jokowi datang membawa apa yang diinginkan Saka. Sepeda merek kenamaan, bertuliskan : Hadiah Presiden Jokowi, sekarang jadi miliknya. Senyum semringah terbit dari wajahnya saat menerima sepeda berwarna merah putih itu. Dibawakan langsung dari Jakarta, oleh Staf Istana Kepresidenan, Kamis (13/9) yang lalu. Presiden juga memberikan bingkisan kepadanya. Bahagia sekali Saka tampaknya ya.
Belum selesai sampai di situ. Saka pun berkesempatan tayang di Media Elektronik Nasional, Trans7. Tidak tanggung-tanggung, ia diundang dalam program Hitam Putih. Program yang dipimpin host sekaligus pesulap Dedi Corbuzier itu berjalan menarik. Gelak tawa penonton di ruangan kerap mewarnai jalannya program lantaran tingkah laku Saka yang menggemaskan.
Lalu apa hubungannya pula dengan Kantor Imigrasi Kelas II Entikong? Tentu saja sangat berkaitan. Usut punya usut, kantor tersebut sebetulnya membuat sebuah iklan layanan masyarakat. Saka menjadi bintang iklannya. Iklan tersebut dimuat di akun IG resmi kantor tersebut, dalam bentuk video berdurasi satu menit.
“Jangan lupa, melintasilah dengan dokumen perjalanan resmi ya” begitu pesan yang disampaikan iklan layanan masyarakat tersebut.
Tak menyangka ini akan viral. Tapi ya baguslah. Selain Saka mendapat sepeda baru, akun resmi Kantor Imigrasi Kelas II Entikong juga kecipratan berkah. Video yang diunggah itu ditayangkan sebanyak 30 ribu lebih (hingga 21 September). Jumlah pengikut akun itu, penulis yakin juga bertambah. Setidaknya bertambah satu. Karena sejak berita itu viral, penulis memutuskan untuk mengikuti akun itu. Selamat ya. *