Hati-hati Jor-joran Umbar Data Jelas di Medsos

  • Share

PONTIANAK – Privasi atau dalam bahasa Indonesianya adalah kebebasan, keleluasaan pribadi sangat jamak diutarakan dalam menggambarkan keinginan dihormati di ranah teritorinya.

Begitu juga ketika menggunakan internet dalam mengakses segala kegiatan sosial, baik sekedar berselancar mencari informasi, ‘bermain’ media sosial hingga melakukan bisnis.

Bicara internet, pastinya akan bicara keuntungan, manfaat bahkan dampak buruk dari berbagai konten yang mudah diunduh dengan hanya bermodal kuota. Tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 143 juta orang dari 262 juta penduduk Indonesia di tahun 2017. Jumlah itu lebih dari 50 persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Tercatat, penggunaan Internet yang paling digunakan adalah media sosial dengan jumlah 63 juta orang menurut data dari Kominfo RI.

Namun, tahukan anda saat membuat laman aplikasi media sosial, baik itu Facebook, Instagram, Twitter, Path maupun aplikasi lainnya, prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mengisi biodata pribadi/kelompok dengan jelas sesuai instruksi dan arahan media sosial yang diinginkan.

Hal-hal pribadi dan terlalu privasi pun harus ditulis calon pengguna jika ingin account medsos di approve dan langsung bisa digunakan. Bahkan, calon pengguna tidak boleh tersinggung atau keberatan ketika area privasi wajib ditulis lengkap.

Akibatnya, dalam dunia digital pengguna hampir-hampir tidak memiliki privasi sehingga ketika salah mengunakan media sosial, maka jejak digital, termasuk biodata akan mudah diketahui publik.

Parahnya lagi kata Anton, data jelas pengguna bisa dengan mudah digunakan pihak-pihak tertentu untuk keuntungan pribadi yang tidak bertanggung jawab.

Untuk itu, penggiat SafeNet, Anton Muhajirin, saat giat ‘Digital Security dan Coaching Clinic : Melindungi Diri di Dunia Digital’, Senin (26/2), meminta para pengguna internet, terutama media sosial untuk bijak dan cerdas.

“Bayangkan jika Google, facebook, Intagram itu orang asing yang mengetahui tentang kita. Siapa kita, pergaulan pribadi kita, komunitas, ideologi apa, dan aktivitas digital apa yang akan, tengah, sudah dilakukan. Tentu kita harus berfikir ulang jika terlalu jujur dalam mengisi data-data yang ada, sekedar melindungi diri. Ini juga menjadi akses bagi siapa saja yang ingin berbuat hal-hal yang tidak baik kepada kita,” papar Anton dihadapan blogger, komunitas, pers mahasiswa dan jurnalis ini.

Namun, untuk melindungi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan, ia menyarahkan untuk tidak menyetting lokasi di telfone pintar.

“Yakinlah jika kita menyetting lokasi di handpone (hp), kita tidak akan memiliki privasi. Orang tidak perlu memata-matai tapi kita sendiri yang sering mengekspos. Dari hp, kita gampang dilacak, benar-benar kita tidak memiliki area pribadi tanpa kita sadari dan ketahui. Ini justru berbahaya jika kita tidak paham akan hp kita sendiri dan tidak bijak dalam menggunakan internet,” terang dia.

Ia memaparkan, Indonesia dalam sejarahnya tidak punya budaya prifasi. Hal ini berbeda dengan negara eropa yang sangat menjaga privasi mereka.

“Orang asing tidak mungkin mengundang orang yang tidak dikenal ke rumahnya, bahkan teman pun kebanyakan bertemu di luar maupun cafe setempat. Beda dengan kita. Makanya, di jaman dunia digital sekarang ini, pengguna internet harus lebih mempertimbangkan banyak hal jika ingin meng-share apapun di media sosial, bisa jadi itu menguntungkan, bisa jadi sebaliknya,” ucap jurnalis asal Bali ini.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *