Wujudkan Impian Perempuan Unggul Ditengah Pandemi

  • Share
Perancang busana di Rumah Jepin, yang juga suami womenprenuer Widiastuti, Uke Toegimin

Oleh : Caroline Voermans

Tahun 2020 ini merupakan tahun awal bagi perempuan Indonesia dimanjakan oleh Pertamina. Melalui program PFpreneur dari Pertamina Foundation, Pertamina berkomitmen membentuk 5000 kewirausahaan perempuan selama 5 tahun untuk menjadi kewirausahaan yang unggul.

Widiastuti susah hati. Ditengah pandemi Covid19 yang melanda dunia, usahanya ikut terpukul. Sektor ekonomi tersendat, ia pun terseret. Tadinya, dalam sebulan ia bisa meraup keuntungan 16 hingga 20 juta rupiah dari usahanya merancang dan menjahit busana. Sekarang, setengahnya pun masih kelimpungan.

“Kalau sebelum pandemi, kita bisa dapat pesanan hingga 20 baju dalam sebulan. Belum lagi pesanan merancang dan menjahit pakaian pengantin. Musim pandemi, nikahan tidak diperbolehkan. Jadi ada beberapa pesanan baju pengantin yang terpaksa dipending, bahkan ada yang sampai dibatalkan,” keluhnya.

Widiastuti merupakan sosok womenprenuer atau pengusaha perempuan yang menjadi salah satu mitra binaan Pertamina. Sudah 20 tahun ia menggeluti bisnis fashion bersama suaminya yang seorang desainer. Ia berkolaborasi dengan Mas Uke, begitu suaminya disapa, membangun sebuah rumah mode bernama Rumah Jepin sejak mereka menikah. Mas Uke sebagai perancang, ia menjadi penjahitnya. Ia juga berperan sebagai pengelola bisnis dan pemasaran produknya.

Hampir semua produk Rumah Jepin diangkat dari budaya Kalbar dengan paduan tenun motif Kalbar dalam setiap produknya. Kain tenun memang menjadi ciri khas rancangan Mas Uke, katanya. Ini juga yang membuat produknya selalu bernilai jual tinggi karna asli berasal dari penenun lokal. Busana hasil karya Mas Uke bahkan sudah merambah Jakarta dengan mengusung brand Lif Studio.

“Tenun itu saya beli langsung dari penenunnya di Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu,” timpal suaminya yang bernama lengkap Uke Toegimin.

Ada 7 penjahit yang membantu dirinya dan Mas Uke di Rumah Jepin. Namun semenjak pandemi, ia hanya bisa mempekerjakan 2 orang karyawan saja. Itu pun mereka bekerja dari rumah masing-masing untuk menghemat uang makan.

Ini sudah kedua kalinya ia menjadi mitra Pertamina dan ia merasa sangat terbantu dengan kemitraan ini. Bantuan dana berupa pinjaman modal yang ia dapat dari Pertamina, sangat membantu usahanya. Pinjaman modal dengan bunga kecil dan persyaratan yang mudah, membuat ia bertahan menjadi mitra Pertamina hingga saat ini. Modal yang didapat sebagian besar ia pakai untuk membeli bahan baku, peralatan jahit dan mesin jahit.

“Pinjaman modal ini diangsur selama 3 tahun dengan bunga rendah. Selama 3 tahun itu, bunganya tidak sampai satu juta rupiah dari nilai 50-60 juta yang diapprove. Yang jelas dengan modal ini, kita sangat terbantu. Beli bahan baku pakaian misalnya. Itu beli kainnya dari penenun di Sintang dan Kapuas Hulu. Sehelai kain tenun itu bisa mencapai 1,3 juta rupiah. Modal yang didapat sebagian besar kita pakai untuk membeli bahan baku, peralatan jahit dan mesin jahit,” jelas perempuan yang lahir 48 tahun silam.

Belum lagi di situasi pandemi seperti ini, dirinya bersyukur karna pihak Pertamina memberikan kelonggaran dalam pembayaran angsuran. Tidak ada tenggat waktu ataupun penagihan yang sesuai dengan nilai angsuran.

“Tidak ditagih-tagih, cuma mengingatkan. Dan kita diperbolehkan bayar sebarapapun semampu kita. Ada berapa duit, ya kita bayarkan,” jelasnya.

Ia juga merasa beruntung menjadi mitra binaan Pertamina. Selain bantuan modal, produknya juga mendapatkan akses untuk mengikuti pameran besar bertaraf nasional yang diadakan oleh Pertamina di berbagai daerah. Bahkan difasilitasi dan diakomodasi oleh Pertamina. Dari ajang Smesco, Adiwarsha hingga pameran Inacraft.

“Kalau ada pameran sering diajak dan dibiayai akomodasinya. Mulai dari transportasi, penyewaan booth (tempat pameran,red), uang makan dan transportasi ditanggung. Tapi hanya untuk satu orang saja,” ucap ibu dari empat orang anak ini.

Namun sekarang, pameran-pameran itu pun ditiadakan karena terpaan virus Covid-19. Hanya ada pameran secara virtual yang dirasanya kurang efektif lantaran pembeli tidak bisa melihat secara langsung produk yang ia jual. Seperti pameran virtual yang diadakan Pertamina September lalu. Hanya ada satu orang calon pembeli yang bertanya produknya. Padahal hampir setiap pameran, ia selalu pulang dengan membawa banyak orderan dan hasil penjualan yang cukup memuaskan. Namun lagi-lagi kekecewaannya sedikit tertutupi oleh pihak Pertamina yang memboyong empat desain dari 12 desain yang dipamerkan pada pameran virtual tersebut.

Ia berharap akan ada program-program serupa lainnya yang dapat membantu pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) melewati krisis pandemi ini, khususnya untuk yang pelaku usahanya perempuan. Karna ia melihat semakin banyak perempuan yang terjun ke bidang usaha dengan kiprah yang gemilang.

Kisah yang dituturkan Widiastuti merupakan salah satu bentuk pelayanan dari Pertamina untuk masyarakat yang tertuang lewat program kemitraan. Melayani dengan sepenuh hati ditengah pandemi memang menjadi komitmen Pertamina. Tak heran jika Widiastuti memuji pelayanan yang diberikan Pertamina. Terlebih tahun ini, yang dirasa berat dengan adanya virus Corona berkeliaran dimana-mana.

Sales Area Manager Pertamina Kalbar Weddy Surya Windrawan mengungkapkan, ada beberapa program yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat selama masa pandemi. Selain bantuan pemodalan untuk mitra binaan, program kemitraan lainnya adalah program Pinky Movement dan Pertashop. Pelaku usahanya pun ada dari kaum hawa.

“Saat ini peminatnya cukup banyak. Lebih dari 150 UMKM sudah bergabung dalam program Pinky Movement ini. Kemudian ada Pertashop yang juga berpola kemitraan. Produk yang dijual adalah BBM non PSO, yaitu produk Pertamax,” ucapnya.

Region Manager Comm Relations dan CSR Kalimantan Roberth MV Dumatubun menambahkan, ada 16 UMKM yang menjadi mitra binaan Pertamina di wilayah Kalbar. Sejak tahun 2018 hingga saat ini, Pertamina sudah menggelontorkan dana sebesar 1,4 Milyar untuk membantu mitra binaan. Sedangkan untuk program CSR, total penyalurannya sebesar 3 Milyar.

“Dimasa pandemi program yang dilaksanakan untuk UMKM adalah program Pinky Movement Bright Gas sedangkan untuk program CSR sudah disalurkan lebih kurang 644 juta rupiah untuk penanggulangan covid-19 di Kalbar. Mulai dari pemberian alat kesehatan, sembako, APD, hingga wastafel portable,” ujarnya.

Womenprenuer Featuring PFPrenuer

Widiastuti adalah satu diantara mitra binaan Pertamina yang merasakan manfaat kemitraan selama pandemi. Kerjasama kemitraan dengan UMKM memang merupakan salah satu program Pertamina yang sudah dilakukan sebelum adanya pandemi. Sementara program-program untuk UMKM melewati masa pandemi pun masih terus berlanjut. Bahkan tahun ini, ada program yang dikhususkan untuk pengusaha perempuan seperti Widiastuti. Kalau istilah jaman sekarang, Widiastuti akan disebut womenprenuer.

Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari mengatakan, bulan Oktober menjadi bulan untuk para womenpreneurs dengan diluncurkannya program PFPrenuer. Pertamina Foundation empowering women preneurs (PFPrenuer) memberikan kesempatan dan akses mudah untuk pelaku usaha perempuan mengajukan program kemitraan di Pertamina. Program ini resmi diluncurkan secara virtual pada tanggal 2 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Batik Nasional.

“PFPrenuer membantu womenprenuer mengembangkan kapasitas melalui webinar selama 3-4 hari. Mereka kemudian diberikan akses untuk mengajukan Program Kemitraan di Pertamina. Paling tidak akses informasi mengenai Program Kemitraan tersebut semakin diperoleh oleh wirausaha perempuan di seluruh Indonesia,” katanya.

Dana Program serta reward PFpreneur ditunjang dan difasilitasi oleh Program CSR Pertamina. Melalui program PFpreneur, Pertamina Foundation berkomitmen akan membentuk 5000 kewirausahaan perempuan selama 5 tahun untuk menjadi kewirausahaan yang unggul. 10 kelompok wirausaha perempuan terbaik akan mendapatkan hadiah dan akan dimentoring menjadi mitra binaan Pertamina Foundation.

Meski kegiatan ini baru pertama kali dilaksanakan, tambah Agus, namun disambut sangat antusias oleh wirausaha perempuan. Hingga saat ini pendaftar sudah mencapai 2000 calon mitra binaan dari seluruh Indonesia. Dari ajang ini, akan dipilih 10 terbaik yang akan diberikan apresiasi oleh Pertamina Foundation dan mendapatkan hadiah 15 juta per kelompok.

“10 mitra binaan tersebut akan didampingi dan diupayakan untuk mendapatkan permodalan. Semua mendapatkan pelatihan webinar selama 3 hari dan akan diberikan akses secare terbuka serta mentoring untuk program Kemitraan Pertamina. Sisa lainnya akan mandiri mendaftarkan kepada Pertamina untuk mendapatkan permodalan,” jelasnya.

Target 1500 mitra binaan perempuan telah terlewati dengan baik. Sejak hari pertama dibukanya program ini, sudah ada dari Sulawesi Tengah, Papua, Aceh, Ambon yang mendaftar. Ia berharap PFpreneur mampu memberikan kontribusi nyata untuk ekonomi masyarakat dan kesejahteraan perempuan, khususnya di masa pandemi seperti saat ini.

“Sasarannya adalah perempuan dengan usia minimal 18 tahun serta memiliki usaha di bidang kerajinan, kuliner, dan pakaian minimal selama 6 bulan. Kuota khusus diberikan untuk perempuan disabilitas, perempuan yang menjadi kepala keluarga, dan kelompok perempuan rentan lainnya. Dengan jangkauan sosial media dan press release yang kami kirimkan ke media nasional dan temen temen Pertamina di daerah, responnya sangat positif,” ucapnya.

Untuk program PFPrenuer, Region Manager Comm Relations dan CSR Kalimantan Roberth MV Dumatubun menjelaskan kegiatan tersebut merupakan program Pertamina Foundation yang tidak melewati Marketing Operation Regional (MOR). Sehingga jika ada perempuan pelaku usaha mau jadi mitra binaan, bisa langsung mendaftar sesuai dengan ketentuan dan kondisi yang berlaku.

Untuk Kalbar sendiri, tambahnya, program kemitraan khusus UMKM perempuan ada 6 mitra binaan Pertamina lewat program Pinky Movement Bright Gass yang digerakkan oleh ibu rumah tangga.
“Sedangkan program CSR, hanya ada satu UMKM perempuan yang mendapat program CSR, yaitu pengembangan kampung tenun di Batu Layang,” ucapnya.

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM di Kalbar, ada 75.067 pelaku UMKM yang tercatat pada tahun 2019. Sebanyak 21.307 merupakan perempuan. Jumlah ini, mungkin bertambah di tahun 2020, mengingat pandemi yang berdampak pada tumbuhnya usaha-usaha rumahan lewat usaha online.

Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Kecil Dinas Koperasi dan UMKM Kalbar, Anselmus, S.sos salah satu kendala dari UMKM saat ini adalah permodalan. Tentu saja bantuan dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara)/ BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) maupun dinas-dinas lainnya selalu disambut baik oleh pemda. Meski pihaknya, tidak memiliki program UMKM khusus untuk perempuan, namun pendampingan terhadap UMKM menghadapi situasi pandemi terus dilakukan.

“Diskop UMKM juga selalu membuka peluang dengan semua pihak untuk bekerjasama dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM, terlebih di situasi ini. Termasuk dengan Pertamina kita melakukan sosialisasi dan koordinasi dalam penyaluran subsidi gas untuk UMKM bidang kuliner,” jelasnya.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *